[B1] Reinkarnasi Bidikan Besar Menyapu Dunia

114-115

Bab 114: Seorang Guru Akan Berkhotbah, Menanamkan Pengetahuan Dan Menghilangkan Keraguan

Sheng You memeluknya. 

“Putri kami sangat baik. Dia tidak takut apa pun, belum lagi dia memiliki kita sebagai pendukung yang kuat. Izinkan aku meminta pendapatnya tentang perjamuan itu.  Sepertinya perjamuan ini tidak bisa ditunda lagi.”

Di sudut lantai dua, setelah mendengar semua ini, sesosok tubuh tinggi dan ramping pergi diam-diam.

Dia baru saja kembali ke kamar dan duduk ketika seseorang mengiriminya pesan di komputer.  Avatar-nya adalah tongkat musik dengan nada, yang benar-benar unik.

Sheng Yang membuka pesan itu.

——”Guru, bisakah kamu mengomentari lagu baruku hari ini?”

Sheng Yang mengetik dengan cepat: "Aku sedang tidak mood hari ini."

Orang lain terkejut. Tidak ada kredit, tidak ada diskon, satu juta yuan untuk komentar sederhana pada sebuah karya musik, tetapi dia masih tidak mau repot-repot menghasilkan uang dengan mudah ini. Tetapi jika dia tidak menganggap serius uang, di mana lagi dia bisa menemukan guru yang begitu baik?

Meskipun dia sedikit tidak senang, dia tidak berani menunjukkan ketidakpuasannya kepada gurunya sama sekali.

Sheng Yang hendak menutup halaman web ketika sesuatu tiba-tiba terjadi padanya, dan dia bertanya, "Apakah kamu kenal Yang Zhiyi?"

Orang ini diperkenalkan kepadanya oleh Ming Qi dan dia berharap dia akan memberikan beberapa komentar tentang musiknya secara online, dan dia bahkan tidak perlu muncul.

Sheng Yang berasumsi dia hanya perlu mengetik beberapa kata dan mendapatkan satu juta sekaligus, yang merupakan kesepakatan yang bagus.

Pada awalnya, orang lain tidak terlalu mempercayainya, tetapi setelah dia merevisi musiknya sesuai dengan komentarnya, dia menemukan hasilnya ajaib, jadi dia secara bertahap semakin menghormatinya.  Seiring berjalannya waktu, dia hampir memperlakukannya sebagai dewa sekarang.

Sheng Yang samar-samar ingat bahwa orang ini pernah menyebut nama Tetua Yang.

Dia merasa tersanjung. 

“Guru, dia muridku. Yah, dia satu-satunya muridku yang tidak seburuk itu.”

Setelah tidak mendapat jawaban setelah beberapa saat, pria itu bertanya dengan ragu, "Guru, apakah dia melakukan sesuatu yang menyinggungmu?"

"Tidak. Aku pergi."

"Ok guru." Dia sangat patuh.

Sheng Yang bersandar di kursinya, tidak ingin membaca. Hal favoritnya tiba-tiba tampak tidak begitu menarik baginya.

Dia bilang dia sedang tidak mood, itu benar.

Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan Kang Weizhen yang menangis dengan getir muncul di benaknya. Untuk beberapa alasan, dia merasa sangat tidak senang dan tidak nyaman tentang itu.

Dia ingin Kang Weizhen tertawa, tertawa dari lubuk hatinya, sama seperti sebelumnya. Alih-alih memaksakan senyum ketika dia kembali.

Saat dia merasa kesal, dia mendapat telepon. Sheng Yang mengambilnya. 

"Halo…?"

Suaranya acuh tak acuh seperti biasa, tetapi Yi Juncheng langsung menyadari bahwa suasana hatinya sedang tidak baik. Dia memegang teleponnya dengan tangan yang lain dan berbicara dengan suaranya yang lebih rendah. 

"Apa yang salah?"

"Tidak ada apa-apa." Sheng Yang menurunkan matanya dan berkata dengan santai, “Di mana kamu? Di sana agak bising.”