Jika sekiranya menunggu melelahkan, maka mengejar yang tidak ingin dikejar akan lebih melelahkan.
___________________________________________
Hallo gaes...
Sorry ya gaes kalau ada yang typo dan alur yang gak nyambung, karena ceritanya belum aku revisi😁Oh iya, kalau ada yang typo, kalian komen aja yah, biar langsung aku revisi dibagian yang typo nya.
Btw, umur Pak Dean aku ganti dari yang awalnya 25 tahun jadi 22 tahun ya gaes.
Kalau kalian bingung sama PART 17 ini, kalian bisa baca lagi dari PART 15 yah...😁
Happy reading🔥
***
Sudah hampir 15 menit Khazera berada di toilet coffee grain ini, setelah izin pada yang lainnya untuk ke toilet karena kebelet buang air kecil, Khazera malah mendapati kejadian yang tidak terduga sama sekali. Bahkan, ia lupa dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri. Alhasil, di bilik toilet paling ujung ini, Khazera kesusahan sendiri.
"Shit! Shhh... gue lupa anjir!" Gerutunya sambil meringis karena ia lupa menggunakan tangan kanan nya yang masih luka dan diperban itu untuk mengambil air dan karena Khazera ceroboh, air yang berada di gayung yang dipegangnya kini sudah membasahi seluruh bagian perbannya.
Apalagi, yang paling menyebalkan dan benar-benar hari buruk bagi Khazera, ternyata tamu bulanan nya datang di waktu yang tidak tepat.
Khazera mencari ponselnya yang sepertinya ia bawa ke toilet. Berbeda dengan tasnya yang ia tinggalkan di meja.
Dan benar, untung saja ponselnya ia bawa. Kalau ikut tertinggal di dalam tasnya, Khazera benar-benar bingung harus ngapain di dalam toilet ini.
Dengan ringisan yang terus keluar dari mulutnya, dan perban yang setengah nya sudah terbuka dengan keadaan yang basah, Khazera merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya ceroboh diwaktu yang tidak tepat.
Panggilan terhubung. Khazera menelpon Zian, mengingat sahabat yang satunya itu ponselnya selalu aktif karena menonton video taekwondo.
Dan, benar. Panggilan pun kini sudah terhubung.
"Dimana?" Tanya Zian langsung karena ia pun bingung kenapa Khazera belum balik juga dari toilet.
Khazera yang tau dengan kebingungan Zian karena lama berada di toilet, ia pun langsung to the point pada niat awalnya.
"Zi bantuin gue,"
"Shit, anjir! Awh..." Khazera kembali mengumpat dan meringis ketika melihat lukanya yang basah dan memarah, dan alhasil terasa lebih perih.
"Ra, dimana lo?" Zian bertanya sedikit khawatir.
"Toilet cepetan di toilet,"
"Oke,"
"Zi, bawain jaket, atau sweater atau apa aja deh. Gue bocor anjir, gue tunggu."
Tut. Panggilan diakhiri sepihak oleh Khazera. Kini, yang Khazera lakukan adalah membenarkan perbannya lebih dulu meskipun sudah tidak karuan dan akan lebih sakit. Tapi, jika perbannya di lepas, Khazera tidak ingin melihatnya.
Sedangkan di tempat Zian dkk yang sedang bergosip ria dengan banyak makanan yang tidak ada habis-habisnya, Zian beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Oliv yang paling pertama melihat Zian yang beranjak dari tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Teen Fiction"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...