"Password," ujar Dean sambil melirik Khazera yang duduk di kursi pinggir.
Khazera mendongakkan kepalanya yang sedang menunduk memainkan ponselnya. "Tanggal lahir Zera," ujarnya yang dihadiahi raut datar dari Dean.
"Pak Dean mana tau Zer, gue aja lupa," ujar Shovi ikut menimpali.
"Eh, lupa gue," jawabnya sambil menepuk keningnya, lalu beranjak ke arah kursi disamping Dean.
"Mau apa?" Tanya Dean, tetap dengan raut datarnya ketika mendapati Khazera kini duduk disampingnya.
"Bukain password laptop,"
Dean menunjukkan layar laptop Khazera yang sudah terbuka. "Gk perlu,"
Raut bingung terpampang jelas di wajah Khazera. "Ko, tau tanggal lahir Zera?" Tanya nya bingung sekaligus penasaran. Sedangkan yang ditanya, kini malah asik berkutat dengan laptop khazera.
"Si Arsa mah stalker anjir," timpal Raka yang baru saja datang membawa minum dari dapur.
Pluk
Lemparan bantal sofa Dean layangkan ke arah Raka, yang untungnya meleset. "Anjir! Emang lo, gue lagi bawa minum, untung gak kena,"
"Pak, tau darimana?" Tanya lagi Khazera dengan suara rendah. Namun tetap saja tidak ada jawaban..
"Kak arsa,,,, ko bisa tau ish," ujarnya sedikit kesal dan tanpa embel-embel pak, melainkan 'Kak' seperti yang Dean suruh. Benar, kan? Lihat saja, Dean berhenti dari akrivitasnya dan sedikit menoleh ke arah Khazera.
"Diem," ujarnya singkat dan datar.
Khazera menampilkan raut kesalnya setelah mendengar jawaban Dean. Fakta baru dari Khazera tentang Pak Dean, yaitu menyebalkan.
"Ish, ngeselin," ujarnya dan beranjak dari tempatnya ke arah Shovi yang masih makan sambil lesehan. Fyi aja, Shovi itu doyan makan, doyan nyemil, tapi badan tidak berubah, dan tetap kecil. Kadang Khazera jadi aneh sendiri, dan pernah sampai menanyakan pada sepupunya yang kebetulan seorang dokter.
"Revi, Oliv sama Zian manasi,"
"Gak tau waktu tuh anak dua kalau udah keluar bareng, heran gue,"
"Ra, ada kiranti gak lo?" Tanya Revi agak lesu, terlihat dari suaranya yang rendah. Revi itu salah satu dari mereka yang jika pms awal suka sampai sakit, bahkan pernah sampai pingsan. Kalau Khazera, pms itu larinya lebih ke marah-marah gak jelas, dan pusing. Dan yang paling strong itu Zian sama Oliv, mereka adem ayem, cuman penyakitnya 1, sering tembus, apalagi Zian yang emang banyak banget kegiatannya.
"Hah? Karantina? Apaan, lo nanyaian karantina," Raka yang sedang bermain game di ponselnya langsung menyahut ketika mendengar pembicaraan Revi yang tidak jelas.
"Ko ogeb sih, lo, kak!Kiranti njir, bukan karantina! Lo kira covid-19 apa, karantina,"
"Ko, jadi lo yang sewot? Mau cari perhatian gue, yah lo??" Tuduhnya pada Shovi, yang malah diberikan raut wajah pura-pura muntah.
"Gk ada kayanya, gue gak ada stok," jawab Khazera dengan raut khawatirnya dan sedikit bersalah karena ia tidak ada persediaan kiranti. Biasanya, mamanya suka membeli untuk jaga-jaga. "Sakit banget?" Tanya nya lagi khawatir, melihat Revi yang daritadi tiduran dengan lesu berbantalkan paha Gara.
"Ah, anjir, gue mah malah melting sama kebucinan Gara anjir, gak kuat,"
"Makanya punya pacar, biar tau rasanya dibucinin sama cowo," timpal Raka dengan santai dan tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
"Diem deh lo, gak usah ngomong deh Kak, bikin kesel mulu,"
"Telponin Oliv," titah Revi entah pada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Roman pour Adolescents"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...