- s e m b i l a n b e l a s -

934 38 2
                                    

Gak berharap disukai balik, kok. Tapi setidaknya, beri sedikit respon aja, gakpapa kok.

________________________________________

Sudah hampir seminggu, Khazera kembali lagi seperti biasanya. Perban ditangannya yang sudah lepas 2 hari yang lalu, dan Titan yang sudah kembali lagi ke Yogyakarta. Dan untungnya, Rere Mamanya sudah kembali dari luar kota.

Sudah hampir seminggu juga, pikiran Khazera selalu terganggu dengan hal yang tidak masuk akal dan selalu ia sangkal.

Entah sejak kapan ia jadi sedikit pernasaran dengan hal yang berkaitan dengan seseorang. Apalagi, setelah melihat story instagram Marsha waktu itu yang menampilkan gurunya dengan seorang perempuan.

Lamunan Khazera terpecahkan karena ketukan dari pintu kamarnya.

"Zera, kamu gak sekolah?" Panggil Mamanya dari luar.

"Shit! Gue keenakan ngelamun!" Umpatnya dan langsung bergegas membuka pintunya dengan penampilan sekolahnya yang sudah rapi.

Hari sabtu, jadwal berangkat ke sekolah yang sangat membosankan. Apalagi, jam pelajaran pada hari sabtu hanya setengah hari karena diisi oleh kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan bagi Khazera yang sudah tidak mengikuti ekskul lagi, untuk berangkat ke sekolah hari sabtu itu sebuah pilihan. Karena tidak ada absen di kelas juga. Namun, lebih seringnya Khazera berangkat ke sekolah meskipun tidak ekskul dan hanya sebagai penonton, menghabiskan waktu bersama para sahabatnya, ataupun kadang-kadang ikut basket dan melatih anak-anak seni. Ya, waktu kelas 10 dan 11 Khazera pernah mengikuti 2 eskul tersebut, dan bahkan ia menjadi ketua eskul basket. Hanya saja, pada saat kelas 12 Khazera memutuskan untuk berhenti, begitupun dengan para sahabatnya, kecuali Zian yang masih aktif di taekwondo.

"Zera sebenernya males sih Ma, ke sekolah," ujarnya ketika mereka sedang sarapan berdua.

"Ke sekolah aja, daripada di rumah gak ada kerjaan. Mama juga mau ke toko kue,"

Khazera menganggukan kepalanya mengerti. "Mau bareng sama Zera, Ma?"

"Gak usah, Mama dianter Pak Robi aja," jawabnya, dan Pak Robi adalah supir pribadi keluarga Khazera. "Kamu bawa mobil?"

Khazera lagi-lagi mengangguk sebagai jawaban. "Zera duluan, ya, Ma," pamitnya setelah sarapannya habis dan meminum susu putihnya hingga tandas.

"Hati-hati, awas kalau kebut-kebutan!"peringatnya dengan nada tegas.

Khazera memberikan peace sebagai jawaban. Ia tidak janji untuk tidak ngebut di jalanan.

Khazera memasuki mobilnya yang berwarna putih.

Namun, pergerakannya terhenti karena panggilan di ponselnya.

"Berangkat gak lo?" Tanya Oliv langsung to the point.

"Otw, lo dimana?" Jawabnya dan kini sudah mengemudikan mobilnya keluar dari halaman runahnya.

"Kantin gue, sama yang lain juga. Bawa baju basket gak lo?"

"Baju gue di loker,"

"Sip, ti ati lo, gak usah ngebut." Ujarnya memperingati.

"Siapppp, yaudah bye!" Akhirnya dan mematikan panggilannya.

MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang