Terkadang, orang asing yang baru dikenal, lebih pandai menyimpan rahasia daripada orang dekat.
___________________________________________
Jangan lupa vote dan komen yah🥰
Happy Reading🔥
Setelah percakapan singkatnya dengan Pak Dean, berakhirlah Khazera disini. Di sebuah coffee yang bukan milik Rio ataupun Kakaknya. Khazera tidak mau jika ada yang memeberitahukan Kakaknya atau sahabatnya kalau dia bersama seorang laki-laki yang notabene gurunya sendiri.
Ketika Dean memberikan jawaban 'mau dimana?' Dan Khazera rasa gurunya itu menyetujui untuk bertemua, Khazera langsung memutuskan sepihak, dan untungnya Dean langsung meng-iyakan.
Entah kenapa, Khazera rasa tidak ada yang salah untuk sedikit berbagi, dan sepertinya Pak Dean lebih aman untuk Khazera cerita meskipun ia tidak begitu mengenal dekat seperti sahabat-sahabatnya. Namun, entah dorongab darimana Khazera bisa seyakin itu. Bercerita pada gurunya sendiri lebih aman daripada ia harus bercerita pada sahabatnya yang dipastikan akan heboh dan malah mencak tidak jelas. Apalagi jika memarahi Devin sebaga pihak yang memang ada di list orang berbahaya di daftar orang sahabat-sahabatnya.
Khazera tidak mau itu terjadi.
Disebuah meja coffee yang letaknya cukup strategis yaitu berada di pojok coffee dengan jendela besar yang menjadi dinding pembatas dengan keadaan luar. Waktu masih menunjukan pukul 8 malam, itu artinya Khazera masih memiliki cukup waktu untuk berlama-lama. Saat ini Mamanya sedang ada di rumah, sehingga waktu keluar malam Hazera dibatasi sampai jam 10 malam.
"Pak," panggil Khazera untuk memulai obrolan. Sudah 5 menit mereka hanya saling diam, Khazera yang memilih memalingkan wajahnya ke arah kaca besar disampingnya yang memperlihatkan jalanan di malam hari yang cukup ramai. Dan Dean, yang memilih diam tidak melakukan apapun.
Dean mengangkat sebelah alisnya dengan punggung yang ia sandarkan pada kursi.
Tidak ada respon dari Khazera. Terlihat dari raut wajahnya yang ragu dan tidak enak jika bercerita pada gurunya. Khazera sesekali menghembuskan nafasnya pelan. Dean yang melihat semua itupun, kini menegakkan badannya dengan kedua tangan yang ia tumpu di mejanya. "Mau cerita?" Ujarnya dengan lembut. Hey, sejak kapan Dean berbicara lembut? Yang Khazera tahu, gurunya itu selalu berbicara datar, tegas, maksa dan menuntut.
Khazera menghelas nafasnya panjang dan ia hembuskan perlahan.
"Kenapa?"
Dengan ragu, Khazera menghadapkan wajahnya ke arah Pak Dean. Untuk beberapa saat, nafas Khazera tertahan setelah melihat Pak Dean yang jauh dari biasanya. Apalagi, jarak mereka yang tidak terlalu jauh.
"Zera gak sopan yah, Pak?" Bukannya menjawab, Khazera malah balik bertanya. Ia kembali menghembuskan nafasnya pelan.
"Zera gak sopan, udah nyuruh gurunya sendiri keluar dan ketemuan gak jelas kaya gini."
Pak Dean mengernyitkan dahinya bingung. "It's okey, gak papa."
Kembali terjadi keheningan. Pak Dean sendiri memilih untuk mengikuti Khazera untuk diam. Ia tidak akan memaksa untuk bercerita. Biarkan saja, pikirnya.
"Pesan dulu makan," ujar Pak Dean akhirnya yang tanpa sepengetahuan Khazera sudah memanggil waitress.
"Pesan apa?" Tanya Dean lebih dulu pada Khazera.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Roman pour Adolescents"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...