- t i g a t i g a -

743 27 2
                                    

"Mama, ko udah di rumah? Kapan pulang?" Khazera benar-benar terjengkit kaget saat melihat mamanya yang tengah menyiapkan sarapannya di meja makan. Dan ternyata, bukan hanya mamanya saja yang pulang, bahkan kaka nya yang pertama pun, kini sudah berada di meja makan.

Kejutan apalagi ini, perasaan tidak ada hari special di bulan sekarang.

"Lah, Kaka kapan pulang?? Ko udah nangkring di meja makan? Perasaan tadi malem gak ada deh?" Lagi-lagi Khazera dibuat bingung dengan orang-orang rumah. Ia merasa paling tidak tahu apa-apa, tapi memang itu kenyataannya.

"Gak excited banget kita pulang, ya gak bang?" Ujar Mama Rere, dengan nada meledek Khazera.

"Balik lagi aja Ma, si Zera jahat emang Ma orangnya, huu." Titan yang baru saja datang, dan langsung ikut-ikutan meledeki Khazera.

Khazera menampakkan raut kesal pada Kakaknya itu. Sudah membuat ia merasa bersalah dengan Arsa, ditambah lagi pagi-pagi sudah membuatnya kesal.

"Apasi, ikut-ikutan aja lo," jawabnya dengan nada kesal dan sesikit gemetar yang terlihat dari raut wajahnya.

"Ya emang, lo kan gitu, si Arsa aja lo tega jahatin, kan bener gue," jawab lagi Titan terus meledek Adiknya yang satu ini.

"Tau apa sih lo, diem aja deh, gak usah ikut campur," ujarnya dengan nada bergetar. Ck! Apaan masih pagi Khazera sudah baperan seperti ini. Tapi ini spontanitas, dan ia pun tidak tahu dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.

"Kak, jangan gitu deh," tegur Mama Rere, setelah mendengar nada putrinya yang bergetar seperti akan menangis.

Sedangkan Kaffa, laki-laki itu masih diam mengamati yan sedang terjadi di depannya.

"Ck! Gitu doang baperan, huu! Cewek tuh harus kuat!" Belum selesai sampai sana, ledekan Titan ternyata. Entah apa maksud dan tujuan Kaka keduanya ini, pagi-pagi sudah membuatnya sangat kesal. Apalagi mood Khazera sedari malam sedang tidak baik.

"Kuat mental apalagi, jangan cemen, tar di jadiin objek bully-an tau rasa lo," sudah cukup, Khazera sudah tidak bisa menahan pelupuk matanya yang mulai memberat. Niat hati ingin kangen-kangenan bersama Mama dan Kaka pertamanya yang baru saja pulang setelah cukup lama tidak bertemu, namun niatnya itu hancur semua karna ulah Kaka tengilnya ini yang sangat menyebalkan.

Mama Rere yang melihat anak bungsunya mulai menangis itu langsung memberikan lirikan tajam pada Titan. Lalu disimpannya makanan yang ia bawa dari dapur ke meja makan, dan langsung beralih membawa putri bungsunya ke dalam pelukannya untuk ditenangkan. Mama Rere paham, suasana hati Khazera sedang tidak baik-bail saja pagi ini, dilihat dari cara tidurnya semalam yang tidak rapi seperti biasanya dan matanya yang sembab menandakan gadis itu tertidur karena menangis.

Kaffa yang mendapati Adik kecilnya menangis karna ulah Kakanya, langsung saja melayangkan tatapan tajamnya yang dapat dipahami dengan baik apa arti tatapan tersbeut oleh Titan.

"Bercanda gue, Kaf!" Ujarnya cepat, sambil menyuapkan sesendok nasi. Benar-benar tidak tahu diri sekali Kakanya ini. Sudah membuat adeknya nangis, eh malah watados dengan makan sendiri.

"Gitu doang, jug- "

"Kaka!" Ujar Mama Rere memperingati Titan supaya diam. Masih pagi, sudah membuat adiknya menangis seperti ini.

Mama Rere melihat Zera yang masih berada dipelukannya ini menangis tanpa suara. Sudah lama sekali pikirnya, tidak mendapati anak bungsunya menangis langsung di depannya seperti ini, apalagi di hadapan kedua Kakaknya.

"Zera, mau sekolah atau enggak?" Ujar Kaffa akhirnya, setelah daritadi hanya mengamati ibu dan anak itu.

"Kaka pulang lagi kalau gitu," ancamnya bernada serius. Dan seperti dugaannya, Khazera langsung melepas pelukannya dari sang Mama dan mengusap pipinya yang basah.

"Zera berangkat sekarang," ujarnya sambil menyalimi tangan Mamanya.

Alih-alih menolak dan sedikit bingung,, Mama Rere tetap mengulurkan tangannya. "Gak makan dulu, sayang?" Tanya nya sembari mengusap lembut pipinya yang masih terlihat bekas air matanya.

Yang ditanya hanya menggeleng dengan senyum yang dipaksakan. "Keburu terlambat, Zera makan di kantin aja," jawabnya sembari menyalimi tangan Kaka pertamanya, dan setelah itu melenggang pergi, tanpa menyalimi Titan.

"Zera berangkat, Assalamualaikum!"

"Liat, kan Kak?" Ujar Mama Rere pada Titan.

"Ya maaf, gak ada maksud buat bikin tuh anak nangis ko,"

"Terus?"

"Tar juga biasa lagi tuh anak, lagi pms kali, makanya sensitiv banget." Ujarnya tetap santai, seolah bukan apa-apa. Padahal, daritadi lirikan tajam Kaffa sudah memperingatinya.

"Hati perempuan itu lembut Kak, mudah tersentuh, jadi jangan dijadikan bahan mainan. Jangan sampai kamu ngulangin hal yang sama ke orang lain, apalagi itu orang-orang terdekat Kaka," nasihat Mama Rere panjang lebar dengan nada lembutnya seperti biasa. Dan Titan hanya duduk dan mengangguk-angguk paham.

***
Selama jam pelajaran dimulai hingga kelas berakhir, kondisi Khazera tidak seperti biasanya. Memilih tinggal di dalam kelas hingga kelas berakhir. Dan kebetulan, jadwal hari ini ia sama sekali tidak bertemu dengan Dean.

Kak Arsa
Udh slsai?

Satu notifikasi masuk dari WhatsApp nya, dan tanpa disangka ternyata dari orang yang baru saja ia pikirkan secara tidak sengaja.

Khazera
Baru keluar
Ada apa kak?

Kak Arsa
Dmn sekarang?

Baru saja Khazera akan membalas pesannya, niatnya urung karena panggilan masuk dari orang yang sama.
"Assalamualaikum, Zera dimana?"
"Waalaikumsalam, di Sekolah."
"Tunggu dikelas, saya kesana."
"Tapi-,
"Sebentar yah, tunggu. Wassalamualaikum."

Tiba-tiba, dan anehnya gak bisa ia tolak barang sekalipun, sampai saat ini langkahnya terhenti di depan pintu kelas dan berbalik lagi ke mejanya berada seperti yang disuruh oleh si penelepon. Mungkin, saat ini juga bisa ia manfaatkan untuk meminta maaf dengan benar atas apa yang telah ia lakukan sebelumnya yang membuat hati dan harinya sekalipun menjadi kacau tidak karuan.

"Assalamualaikum." Ucap salam seseorang yang baru saja masuk ke kelasnya.

Belum mendengar jawaban salam balik dari seseorang, Arsa memilih untuk duduk di kursi yang berjarak satu meja dari Khazera. "Udah lama?" Tanya nya lagi tanpa basa basi.

Khazera mendongakkan kepalanya ke arah si pembicara yang baru saja ia ketahui ternyata sudah ada di depannya meskipun terhalang sebuah meja. "Engga kok. Ada apa yah, Kak?" Tanya to The point.

Arsa menampilkan senyum manisnya yg sudah lama tidak ia tampilkan selepas ini di depan orang-orang, dan yang ternyata baru Khazera sadari, ada lesung pipit di pipi kanannya jika tersenyum seperti itu. "Gak papa, mau ketemu aja, ganti yang kemarin." Ujarnya sangat santai namun tetap dengan gaya maskulinnya.

"Maaf." Satu kata itu lolos Khazera utarakan kembali secara langsung di depan orangnya, yang malah menanggapinya dengan senyum hangatnya.

"Ka, jangan senyum!" Tegurnya dengan nada suara yang ditahan.
Bukan Arsa jika ia menurut. Dan sekarang malah menampilkan senyum lebarnya yang sangat tulus. "Kenapa?" Tanya nya masih dengan wajah guratan bahagia.

"Maaf." Lagi dan lagi hanya kata itulah yang meluncur dengan bebasnya.

"Oke, udah yah, cukup yah." Ujarnya sembari berdiri mendekat ke arah Khazera. "Yu, sekarang pulang, terus makan, sekalian saya mau ketemu Titan." Ajaknya tepat di depan Khazera yang masih duduk.

"Khazera, denger, kan?"


Halloooooo
Haii i'm comeback yuhuu
Gk nyangka banget bisa nyentuh Wattpad lagi dan lanjutin cerita ini lagi yang udah cukup lama terbengkalai hehe😂
Makasiiih buat kalian yang selalu setia menunggu kelanjutannya, do'ain semoga aku gak mager lagi yahh hehe🙏😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang