Pagi ini, gue sudah nangkring di kantin sekolah. Padahal masih jam 6 pagi dan sekolah pun masih cukup sepi. Mungkin, mereka bingung mau apa berangkat ke sekolah pagi-pagi. Tapi, beda ceritanya sama gue. Pagi - pagi nangkring di kantin tak lain karena gue mau sarapan. Ya, salah satu kebiasaan gue adalah sarapan di kantin sekolah.
Gue lihat beberapa kedai di kantin sekolah gue masih tutup, tapi ada beberapa yang sudah buka. Perlu kalian ketahui, kantin sekolah gue udah kaya food court aja gede banget dan banyak pilihan makanannya. Maka dari itu, gue paling seneng nongkrong dikantin daripada perpustakaan yang malah buat gue ngantuk.
Gue mengambil posisi di pojokan, yang berbatasan langsung dengan lapangan basket dan juga gak terlalu jauh sama kelas gue 12 IPA 3. Di hadapan gue sudah tersaji satu piring nasi goreng sosis dan teh manis hangat, karena itu salah satu menu favorit buat sarapan gue di kantin. Kalau kalian tanya kenapa gue selalu sarapan di kantin, alasannya cuma satu. Gue males masak karena dirumah gue gak ada ART, dan nyokap gue pun jarang ada di rumah.
Di tengah ke asikan gue sarapan, sampai-sampai gue gak tau ternyata ada orang lain di kantin ini, tepatnya di meja sebelah gue dan ternyata itu Pak Dean, guru yang bikin gue naik darah terus. Gue lebih memilih terus menghabiskan sarapan gue, meskipun sedikit terusik dengan keberadaan Pak Dean. Karena gue sendiri bingung kenapa Pak Dean sarapan di kantin, pasalnya jarang sekali ada guru yang sarapan di kantin.
Cuma butuh waktu kurang dari 10 menit, nasi goreng gue sudah habis, sedangkan gue nunggu nasgor itu jadi lebih dari 15 menit. Ternyata bener yah, kalau soal makanan, gue jagonya.
Gue lihat ke arah meja di sebelah gue, dan ternyata Pak Dean masih anteng dengan makanannya. Ralat, lebih tepatnya anteng sama ponsel di tangannya, sedangkan makanannya di anggurin. Darisana, ide jahil gue muncul tanpa permisi haha. Kali-kali bikin Pak Dean darting di kantin, bukan di kelas.
" Ekhem !". Gue berdehem sebagai pemanasan haha. Tapi, Pak Dean gak terusik sama sekali.
" Pak, lagi sarapan yah!?". Tanya gue to the point.
Namun,
1 detik
2 detik
Sampai 5 detik versi hitungan slow motion, Pak Dean gak ada respon sama sekali. Gue jadi mikir kalau kuping Pak Dean bermasalah.
Dengan sangat tidak sopannya, gue ngambil duduk di kursi kosong satu meja dengan Pak Dean. Mubadzir juga kan ada cowo di Anggurin. Maksudnya, ada makanan dianggurin haha.
" Pak!". Panggil gue sekali lagi.
Dan tetap tidak ada sahutan.
Coba lagi Khazera! Gue nyemangatin diri sendiri cuy...
" Pak Dean!?". Panggil gue lumayan keras. Karena gue rasa dugaan gue tadi bener, kalo Pak Dean itu budeg, buktinya dipanggil jarak dekat pun gak kedengeran.
Pikiran jahat gue mulai menguasai hati dan otak gue haha. Bodo amatlah, karena Pak Dean budeg juga kan, jadi gak bakal denger panggilan gue.
" Pak!".
Masih tak ada sahutan.
Oke Khazera, saatnya lo beraksi.
" Pak Dean! Sayang!".
Mati anjir gue manggil apaan sama Pak Dean.
Pendek kan guys?
Up lagi jangan nih???
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Teen Fiction"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...
