- t i g a s a t u-

1K 44 4
                                    

Cuma mau minta tolong klik bintang dan komennya🖤

- Happy Reading -

Kerusuhan yang terjadi disekitar koridor kelas 11 IPS, membuat para siswa yang berlalu lalang sedikit terhambat. Pasalnya, kericuhan itu terjadi ditengah jalan yang menghalangi jalan koridor tersebut. Apalagi, jam istirahat yang membuat para siswa berhamburan ke luar kelas.

Hampir satu minggu tidak terdengar lagi kericuhan di SMA Garuda, entah dalam hal bullying atau kericuhan lainnya. Terutama kerusuhan yang dibuat oleh siswa yang mengklaim dirinya ratu sekolah yang tak lain Marsha dan para dayangnya. Padahal, jika dilihat-lihat, tidak ada yang bisa dibanggakan dari Marsha selain proprsi tubuhnya yang bagus, dengan wajah berpoles bedak yang sangat tebal.

"Gue udah minta maaf dan tolong lepasin gue! Awas!" Ujarnya ikut tersulut emosi, dan berusaha untuk berontak melepas cekalan tangannya dari kedua dayang mak lampir. Baru kali ini, sepanjang hidupnya ia bersekolah, menjadi korban bully Kakak kelasnya. Padahal, selama ia bersekolah di Bandung, sekolahnya aman damai, tentram tidak ada yang membully nya seperti ini. Apakah ia harus mengatakan kebenarannya sekarang? Terutama di depan mak lampir ini? Tapi,.sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Lo cuma adek kelas, jadi gak usah belagu dan jangan sok berani, bodoh!" Marsha menunjuk tepat diwajah Damara dengan suaranya yang naik beberapa oktaf.

Raut kesal dan marah sekaligus jijik, sudah tergambar jelas di wajah Damara saat ini. Tidak ada lagi wajah lugu seperti awal mereka berjumpa di SMA Garuda. Biarlah, itu hanya permulaan. Dan sekarang, ia akan menunjukkan, bahwa Ia tak selemah yang dipikirkan, dan bukan orang yang taat pada senior gak jelas seperti yang sedang membully nya ini.

"Okey, Kaka senior yang terhormat, sepertinya disini, lo yang bodoh deh, Kak. Menaikkan popularitas dengan cara kaya gini? Itu lebih bodoh kayanya deh." Jawab Damara dengan tenang, namun mampu menyulut emosi Marsha lebih naik lagi.

Wika dan Feby yang bertugas mencekal tangan Damara pun memelintirnya cukup kuat, yang mampu membuat Damara meringis. "Wah, berani banget lo ngomong kaya tadi," ujar Wika memanas manasi Marsha

"Lo cuma anak baru, dan junior kita, jadi gak usah banyak gaya, ngerti lo?" Timpal Feby sembari menarik tangan Kanan Damara agak kasar.

Damara menghembuskan nafasnya kasar. Ia sangat pusing menghadapi orang seperti Kaka kelas di depannya ini. Tak ada adab sama sekali.

Tangan Marsha kini mencengkram dagu Damara cukup kuat dan mensejajarkan wajah mereka, dan Damara memberikan tatapan nyalang tidak ada takut sama sekali. "Lo! Junior gak tau diri, tunggu aja pembalasan dari gue," ujarnya mengancam dan menghempskan cengkaran dagunya kasar, sehingga wajah Damara tertoleh ke arah kanan. Marsha langsung pergi darisana bersama para dayangnya dengan wajah menahan amarah. Adek kelas yang dipikirnya saat pertama bertemu sangat lugu dan penurut sehingga mudah dijadikan bahan bully, kini ternyata berani menantangnya. Damara yang sedang merapikan pakaiannya, tak sengaja melihat wajah sang Kak yang tak jauh dari tempat kerusuhan tadi. Damara hanya menganggukan kepalanya samar, dan beranjak darisana.

"Gilak kali tuh orang! Sakit anjir tangan gue," ujarnya menggerutu sembari meneruskan langkahnya menuju kantin. Adu mulut dengan ratu ular ternyata sangat menghabiskan tenaga.

"Najis banget anjir, pipi gue disentuh-sentuh lonte," lanjutnya bermonolog sambil mengusap-usap pipi dan dagunya berharap jejak tangan Marsha menghilang.

MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang