Setelah pertemuannya berdua dengan Pak Dean, Khazera merasa menjadi lebih akrab dan tidak canggung lagi dengan gurunya itu. Malahan, Khazera merasa tidak seperti guru dan murid pada umumnya, tapi lebih sebagai teman, seperti Khazera dengan Gara dkk.
Namun, akhir-akhir ini pikiran Khazera juga terganggu oleh banyak hal. Pertemuan dan pembicaraan nya dengan Devin di taman belakang sekolah waktu itu masih menyita penuh isi kepalanya. Mungkin sebagian hatinya ikut terganggu.
Pagi ini, Khazera berangkat ke sekolah dijemput Shovi. Dengan alasan ia masih mengantuk dan malas untuk mengendarai mobilnya. Alhasil, meskipun rumah Shovi dan Khazera tidak searah, Shovi tetap menjemputnya.
"Muka lo gak banget anjir, tumben kusut tuh wajah," Khazera langsung dihadiahi ledekan dari Shovi ketika baru masuk ke dalam mobilnya.
"Bacot lo, gue ngantuk, mau tidur," ujar Khazera dan langsung meringkuk di kursi depan setelah menggunakan seatbelt nya.
Shovi yang melihat kelakuan Khazera pagi-pagi seperti ini hanya bisa menggelangkan kepalanya dan terus meledeknya.
Bodo amat, Khazera memilih tidur daripada mendengarkan ledekan Shovi yang unfaedah.
Lima belas menit, mobik Shovi sudah terparkir rapi di parkiran SMA Harapan, dan benar saja sepanjang perjalanan Khazera hanya tidur sampai sekolah.
"Woy, sampe anjir! Mau gue tinggal lo?" Shovi mengguncang tubuh Khazera yang masih meringkuk, sedangkan Shovi sudah melepas seatbelt nya dan bersiap untuk keluar.
Khazera pun akhirnya bangun dan membereskan penampilannya lebih dulu. "Cepet amat lo, udah sampe lagi." Ujar Khazera sembari mencari tasnya yang lupa ia letakkan dimana.
"Nih, tas lo! Kalo tidur gak bisa anggun dikit napa," Shovi memberikan tas Khazera yang tadi ia ambil dari bawah kursi.
Khazera itu tidak ada anggun-anggunnya sama sekali ketika tertidur. Meskipun penampilan luarnya cukup feminim, tapi jika sudah tidur, berubah menjadi sangat bar-bar. Kecuali ketika benar-benar capek, maka tidurnya tidak akan banyak gerak.
Setelah cukup berbedat di dalam mobil, Shovi dan Khazera pun berjalan beriringan menuju kelasnya.
"Zera!" Panggil seseorang dari arah belakang dengan cukup lantang.
Khazera berhenti dan membalikkan badannya, karena ia sangat mengenali orang tersebut. "Apaan Gar?" Tanya nya ketika melihat Gara yang tengah berjalan kearahnya.
"Gue titip ini dong ke si Revi," ujarnya sembari menyerahkan paperbag berukuran sedang yang dibawanya.
Khazera menerima paperbag tersebut. "Gue jamin ini makanan tuh anak deh," ujarnya ketika dirasa isinya berat.
"Dari nyokap gue, makan aja barengan sana,"
"Enak banget jadi si Revi, mau dah gue kek gitu," Shovi yang daritadi diam akhirnya ikut nimbrung juga. Para sahabat Khazera pun iri dengan hubungan Revi dan Gara, mereka benar-benar dewasa dalam menjalin hubungan, dan akhirnya bisa langgeng sampai hampir 3 tahun ini.
Gak jauh berbeda dengan Nadin yang notabene Kakaknya Gara, yang langgeng menjalin hubungan dengan Titan.
Sepertinya, Khazera harus belajar tips awet menjalin hubungan dengan pacar haha.
"Okey, tar gue kasih ke si Revi. Kita duluan Gar," pamit Khazera melanjutkan langkahnya ke arah kelasnya yang memang bersebrangan antara gedung anak IPA dengan IPS.
***
Istirahat pertama ini mereka tidak pergi ke kantin, karena kebetulan ada makanan yang cukup banyak dari Gara tadi. Alhasil, mereka lebih memilih diam saja di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Ficção Adolescente"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...