Pagi ini, SMA Garuda sudah disuguhkan dengan keributan yang sudah tidak biasa lagi menjadi bahan tontonan warga sekolah. Keributan yang biasanya terjadi ketika waktu istirahat, kini terjadi sebelum bel masuk berbunyi. Siapa lagi, jika bukan Marsha bersama para dayangnya.
Kalau panggilan Khazera, Marsha itu queen of sensitive. Bukan tanpa alasan Khazera memberinya julukan seperti itu.
"Lo sebenernya anak sini bukan, sih? Lo gak tau sama gue?" Tanya Marsha dengan nada tingginya. Wajah kesal dan merah padamnya sudah tidak bisa terkontrol lagi.
Pagi-pagi, SMA Garuda sudah disuguhkan keributan dari queen of sensitive. Ratu drama yang tidak pernah selesai-selesai.
"Lo punya mulut, kan??" Tanya nya dengan tangan yang menunjuk tepat di depan wajah seorang perempuan yang tengah menunduk menahan takut.
Nada meremehkan tergambar jelas di wajah Marsha. "Atau lo bisu?" Lanjutnya mendorong bahu perempuan yang bername tag Damara. A.
"Anjir! Gue ngomong sama lo bego!" Ujarnya dengan nada menggebu-gebu, tepat di depan wajar Damara.
"Sorry, ka," ujarnya pelan, yang nyaris tidak terdengar siapapun kecuali Marsha beserta dayangnya yang berada dekat dengan Damara.
Tawa mencemooh terdengar dari seorang Marsha yang tengah menahan amarah. "Ngomong apa lo? Coba, bilang sekali lagi?" Titahnya dengan nada rendah, namun mengintimidasi.
Dengan tarikan nafas yang panjang, dan melihat raut wajah Kaka kelas di depannya yang tengah memandang remeh dirinya, dengan perlahan Damara mengangkat kepalnya yang sedari tertunduk takut.
"Sorry," ujarnya sedikit lebih keras.
"Belagu juga, yah, lo ternyata. Anak baru?" Tanyanya meremehkan.
Siswi yang menjadi lawan bicara pun hanya menganggukkan kepalanya saja dengan pelan. Dia bukannya takut, hanya saja, ia tidak ingin membuat kesan pertamanya di sekolah baru ini jelek. Jadi, lebih baik hanya diam, dan menurut seperti yang dilakukannya saat ini.
"Kalo orang nanya tuh di jawab, bego! Udah junior, anak baru belagunya selangit lagi, mau jadi apa lo disekolah ini?" Marsha terus saja mencecar Damara dengan nada tingginya. Ia tidak rela jika seragamnya ternodai seperti ini.
Ya, tadi dengan tidak sengaja, Damara yang sedang mencari ruangan kepala sekolah sambil meminum susu kemasannya di koridor, tak sengaja menabrak bahu Marsha, dan berujung seperti ini.
"Mau jadi siswa, Kak," jawabnya mencicit pelan karena takut. Namun, siapa sangka jawaban dari Damara barusan, malah menimbulkan atensi penuh pada seseorang yang melenggang memecah keributan dengan santainya sambil tertawa.
"Whahaha, lo yang bego kali Sha! Jelas-jelas dia kesini mau sekolah lah, dan itu artinya dia sama kaya kita, jadi murid. Udah senior, ko otaknya masih junior yah," ujarnya dengan nada meremehkan pada Marsha yang sudah menahan amarahnya kuat-kuat.
Marsha menatap sinis Khazera, dan memajukan langkahnya lebih mendekat ke arah Khazera, yang kini tengah berada disamping murid baru itu. "Oh, mau jadi pahlawan keseiangan, ceritanya?"
"Gue bingung deh Sha, gue baik niat nolong orang, dibilang pahlawan kesiangan, gue diem pas lagi ada orang butuh bantuan, dikatain gak punya empati, jadi gue harus gimana dong anjir, mau ini itu dikomentarin mulu, heran gue," ujarnya malah curhat.
Melihat Marsha yang tidak merespon, Khazera mengalihkan atensinya pada murid baru yang ada disampingnya itu. "Btw, nama lo siapa?" Tanya nya karena Khazera belum mengenal murid baru tersebut.
Damara yang merasa menjadi lawan bicara pun mengangkat wajahnya ke arah Khazera. "Ada di name tag baju, kak," Khazera membulatkan matanya tidak percaya mendengar jawaban murid baru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE TEACHER (On-going)
Teen Fiction"Bapak guru b.inggris, pasti jago bahasa inggris dong?" Ujar Khazera, seorang siswi kelas 12 yang terkenal karena ketidakpintarannya dalam mapel b.inggris. "Cocok dong kalo gitu, bapak jago b.inggris, Zera---" "BODOH B.Inggris!" Ujar Pak Dean, guru...