HAPPY READING
***
"Udahlah Gi, iklasin aja. Salah lo juga nerima taruhannya gak mikir-mikir dulu," ucap Restu, ketika melihat Gio yang terduduk dengan tatapan kosong di pinggiran kolam renang belakang rumahnya.
Setelah acara tanding basket antara Gio dan Erik berakhir. Suasana lapangan mendadak ricuh karena Gio yang tak terima akan kekalahannya. Bukan! Bukan karena itu yang membuat Gio tidak terima kalah. Gio cowok yang selalu menepati janji nya, maka dari itu dia tidak terima kalah karena mengingat akan taruhannya dengan Erik sebelum melaksanakan pertandingan.
"Cewek banyak, Gi. Entar gue kenalin lo deh sama cewek bening," tawarnya.
Gio menggelengkan kepalanya menolak tawaran Restu dengan lemah,"Mau nya Chika," lirihnya dengan suara yang serak.
"Si Gio masih galau?"
"Si anjing! temen lo lagi galau, lo malah enak enakan nyolong minuman!" sungut Restu saat melihat Gesta dengan santainya duduk di atas kursi pinggiran kolam sambil membawa segelas es jeruk di tangannya.
"Lo kalau mau, ambil aja di kulkas. Biarin si Gio, kalau mau mati entar juga loncat ke kolam. Lumayan ada biawaknya." ucap Gesta tak acuh seraya meneguk minumannya.
Ucapan Gesta berhasil membuat Gio menolehkan kepalanya sambil sesenggukan, di sertai ingus meleber keluar dari hidungnya.
"Tega lo, entar kalau gue beneran mati, nanges." Ia mengusap secara kasar ingus nya yang keluar dari hidung saat merasakan cairan itu hampir menyentuh bibirnya. Gio kembali menundukan kepalanya menatap air kolam yang masih bersih.
"Badut lo ah. Ngatasin masalah percintaan orang lain bisa, giliran sendiri aja malah galau. Lagian lo ngapain juga terima taruhan begituan?" Sadam tiba-tiba saja datang menyahut, berjalan ke arah Gio dengan celana kolor motif tayo. Entah kemana celana jeans yang tadi ia kenakan.
"Mana tahu gue bakalan kalah dua point. Gue kan Giovano Erlangga, musuh aja biasanya ketar-ketir ngedenger hembusan nafas gue." balas Gio di sela-sela isakannya.
Restu yang berada di samping Gio dengan sigap memberikan cowok itu selembar tisu,"Lo udah mewek dua jam, Gi. Gak capek?" tanyanya prihatin. Kasian dia tuh sama Gio. Dari dulu jomblo gak laku, eh sekalinya mau nembak malah gagal gara-gara taruhan.
Gesta bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri Gio,"Udah gak usah cengeng. Besok kita bantai Erik sama temen-temennya,"
Gio mendongakan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya ribut menolak ucapan Gesta,"Enggak! Enak aja lo asal maen bantai si Erik aja. Yang ada gue bakalan di kira cupu beraninya aduan sama lo, Ge." tolaknya.
Gesta memutarkan bola matanya malas,"Ya terus lo maunya gimana? Langsung bantai aja lah. Lagian gue bosen nih udah seminggu gak nyari masalah sama orang lain."
Gio menggelengkan kepalanya lesu,"Enggak. Gue harus bisa seportif, Ge. Gue terima taruhannya, berarti gue juga harus terima resiko nya. Kalau lo ngebantai Erik demi gue, sama aja gue lari dari tanggung jawab dan malah jadi pengecut."
Untuk beberapa saat hanya terdengar suara hembusan angin dan juga aliran air pancur yang memancur dari sebuah patung jamur raksasa di tengah-tengah kolam. Emang ya, belakang rumah Gio itu lebih pantas di sebut tempat rekreasi anak-anak. Mungkin efek punya adik 5 jadinya belakang rumahnya di sulap jadi tempat rekreasi sama bapaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GESTA [END]
Teen FictionTahap Revisi! -kamulah alasanku di ciptakan oleh tuhan. Gesta Algantara, cowok yang di kenal kejam, ganas, dan tidak segan membantai lawannya jika sudah berurusan dengan para pasukannya, yaitu geng Avilas. Sosok Gesta dimata orang lain sama saja se...