14. Geral Galau

232 38 251
                                        

HAPPY READING

*****

Gendis berjalan keluar dari ruangan guru bersama dengan Adreas di sampingnya.

"Gue gak nyangka kalau lo bakalan kepilih di olimpiade Ips, Dis." ucap Adreas, memasukan tangannya ke dalam saku celana abu-abunya, seraya menatap Gendis dengan lekat.

"Yeh, ada juga gue kali yang gak nyangka kalau lo bakalan kepilih. Secara lo baru kemaren masuk sekolah,"

"Kan gue udah bilang kalau gue itu udah jadi murid lama disini. Dulu gue juga sering ikutan olimpiade gini. Tuh piala-piala di lemari kaca kebesaran yang di pajang di depan gerbang selamat datang SMA Galuh, ya 90 persen hasil gue semua lah." ucap Adreas dengan gaya sombongnya. Cowok itu menatap Gendis dengan alis yang naik turun.

Gendis tertawa kecil,"Sombong!"

"Sombong sama hasil usaha sendiri gapapa kali," kekeh Adreas.

Mereka menyusuri koridor yang lumayan cukup ramai di lalui beberapa siswa-siswi. Apalagi sekarang adalah jam istirahat. Dimana semua orang tengah sibuknya bolak-balik kantin.

"Eh Dres, gue boleh nanya something gak sama lo?" tanya Gendis.

Adreas menaikan sebelah alisnya,"Boleh. Kenapa gak boleh coba? Lo pasti mau nanyain gue udah punya pacar atau belum, ya??" godanya. Di iringi senyuman tengilnya.

Gendis mendelik,"Dih! Bukan! Ngapain juga gue kepo sama urusan lo yang itu. Gue bukan admin lambe turah sekolah," imbuhnya.

Adreas terkekeh pelan. Tangannya terulur mengusak rambut Gendis yang berada di sampingnya. Entahlah, akhir-akhir ini Ia sedikit gemas karena Gendis lebih pendek 5 cm darinya.

"Yaelah si cantik ngambek. Yaudah lo mau nanya apaan emang?" 

"Pertama-tama, jauhin dulu tangan lo ini dari kepala gue. Karena gue bukan bocah tk yang suka di usak-usak kepalanya," titah Gendis seraya menunjuk tangan Adreas yang masih bertengge manis di atas kepalanya.

"Eh sorry, abisnya lo pendek, ada gemes-gemesnya gitu." Adreas langsung menurunkan tangannya dari atas kepala Gendis. Ia sedikit terkikik melihat raut wajah Gendis yang berubah jadi ketus.

"Btw tadi lo mau nanya soal apa?" sambung Adreas.

Gendis terdiam sejenak, menghentikan langkah kakinya. Ia menatap secara intens mata Adreas.

"Lo sebenernya ada hubungan ya sama Gesta?"


***

XII-IPS 5, Sebuah tanda besar yang terbuat dari kayu bercat putih dengan ukiran warna hitam itu terpampang jelas di depan sebuah ruang kelas yang di huni oleh para murid-murid berkelakuan minim ahlak.

Saat ini keadaaan kelas XII-IPS 5 sangat tidak dapat di kondisikan karena jamkos yang melanda secara dadakan. Bu Lilis yang seharusnya mengajar matematika di kelas XII-IPS 5 tiba-tiba saja behalangan hadir karena ada kepentingan lainnya yang mendesak.

Berbagai kegiatan pun sekarang dilakukan di dalam kelas. Di mulai dari para kumpulan tukang ghibah di kelas yang sudah melancarkan aksi berghibah rianya sedaritadi, hingga pasukan Gesta yang sengaja menggelar taplak meja guru di lantai untuk di pakai tiduran santuy di pojokan kelas.

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang