22. Anak zaman sekarang

172 23 210
                                    

HAPPY READING

***

"Dis, lo kenapa? Dari tadi ngelamun terus. Kesambet baru tahu rasa lo,"

Gendis mengalihkan pandangannya dari luar jendela mobil, ke arah Adreas yang duduk disampingnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil milik bapak kepsek. Hendak segera pergi menuju tempat Olimpiade Ips digelar.

"Lo kenapa? Kusut begitu mukanya. Senyum dong biar cantik," Adreas merogoh ponselnya yang berada di dalam tas, lalu memainkannya. Walaupun hanya sebatas bulak-balik beranda dan galeri.

"Dres," panggil Gendis.

Adreas menolehkan kepalanya,"Kenapa?"

"Seminggu yang lalu, pas hari jum'at. Lo gak masuk sekolah kan?" tanya Gendis, dan langsung dapat anggukan dari Adreas,"Lo kemana? Kok gak masuk?"

Adreas terdiam sejenak memutar kembali memorinya dihari jum'at, minggu kemarin. Iya, dia memang tidak masuk sekolah karena urusannya dengan Gesta dipemakaman. Dan setelah selesai dari urusan itu dia pergi ke kantor polisi untuk mengajukan laporan kembali.

"Gue ada urusan. Kenapa?"

"Ohhh, enggak kok. Gue cuman nanya aja," jawab Gendis seraya menggelengkan kepalanya kecil. Ia kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menatap jalanan yang ramai oleh pengendara.

"Dres, sebenernya apa yang lo bilang waktu itu bener gak sih?" tanyanya. Tanpa menatap ke arah Adreas.

"Soal apa?" Adreas memejamkan matanya menikmati semilir angin yang masuk ke dalam sela-sela jendela yang terbuka.

"Soal Gesta yang katanya bunuh temen lo. Itu beneran ya?"

*****

Jam pelajaran pertama sudah diisi oleh guru sejarah, bernama Pak Wawan. Guru yang sudah pantas untuk pensiun dan tidak mengajar lagi di SMA Galuh. Mereka sudah sangat bosan mendengar dan menikmati siraman rohani dari Pak Wawan. Menurut pasukan kelas 12 ips 5. Pak Wawan itu lebih mirip bapak mereka dibandingkan guru.

Contohnya seperti sekarang. Bukannya mengajarkan tentang pelajaran sejarah. Pria berusia 52 tahun itu malah membahas soal kecelakaan Gesta dan memberikan wejangan bagi cowok itu.

"Tolong ya, Gesta. Kalau naik motor tuh jangan ngebut-ngebut. Kalau udah kecelakaan gini kan, siapa yang repot? Orang tua kamu."

"Enggak, Pak. Papah saya sih santuy aja liat anaknya begini," jawab Gesta yang sudah mulai jengah.

"Kamu tuh kalau dikasih tahu sama orang yang lebih tua itu, ya diem aja! Jangan banyak bantah."

"Tapi emangnya Papah saya santuy aja, Pak."

"Terus ibu kamu? Pasti ibu kamu khawatir liat kamu kayak gini. Kamu tuh jadi anak jangan bandel-bandel amat kan, bisa. Pasti kamu ikutan-ikutan balapan liar itu kan?"

"Saya piatu, Pak."

"Kamu kan ada dua ibu, yang satu lagi kemana?"

"Oh dia? Gak tahu dari seminggu yang lalu belum pulang. Mungkin, lagi nyari om-om yang lebih kaya dari bapak saya,"

"Terus kamu selama ini siapa yang ngurus? kalau bapak kamu santuy, terus ibu kamu nyari om-om,"

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang