HAPPY READING
****
Gesta menghentikan laju motornya, saat sampai di depan jembatan yang di maksud oleh Adreas. Cowok itu membuka helm fullface nya lalu turun dari atas motor ninja nya, untuk menghampiri Adreas yang sudah berdiri anteng menjadi penunggu jembatan.
"Ngapain lo ngajakin gue ketemuan?" tanya Gesta to the point. Begitu sampai di hadapan Adreas.
"Gak usah gue jawab pun, lo pasti udah tahukan apa alasan gue ngajakin lo ketemuan disini?" tanya Adreas balik. Cowok itu menatap Gesta yang jauh lebih tinggi di hadapannya. Dengan tatapan remeh.
Gesta menaikan sebelah alisnya, mencoba untuk berpikir,"Rean?"
"Pinter! Gue kesini mau ngajakin lo bahas soal itu. Lo tahukan besok hari apa?"
"Besok?" Gesta kembali terdiam beberapa saat. Keningnya mengkerut bingung memikirkan besok hari apa. Setahunya sih besok hari jumat.
"Jum'at?" jawab Gesta dengan tampang polos nya.
Jawaban Gesta sontak membuat Adreas memutarkan bola matanya malas. Ia lupa Gesta itu punya otak yang tidak pernah di pake.
"Selain itu!"
"Hari...," Gesta menggantungkan ucapannya. Ia mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari-jarinya masih mencoba berpikir dan memutar semua ingatannya tentang hari jum'at tanggal 29 Oktober.
Reano Bagaskara, Lahir 19 januari 2002, Wafat 29 oktober 2018.
Sekelibat tulisan yang pernah ia baca di pusara makam Rean terlintas di benaknya. Gesta menjentikan jarinya,"Rean meninggalkan?"
Adreas mendengus kasar. Tangannya terulur mengambil sesuatu di dalam saku jaketnya,"Gue punya sesuatu buat lo."
"Hadiah? Gue gak ulang tahun?"
"Bukan. Tapi surat laporan polisi. Gue ngebuka lagi masalah kasus pembunuhan Rean."
****
Gendis masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. Samar-samar ia dapat mendengar suara kedua orang tuanya dari arah ruang tamu.
"Aku gak bisa terus-terusan kayak gini, Gin. Kita bertahan sejauh ini cuman karena Gendis,"
"Aku tahu, Mas. Aku juga bingung, harus bilang apa sama Gendis nanti," Gina menjatuhkan wajahnya ke atas meja dengan frustasi.
Di hadapannya ada sang suami, Hartawan yang sama-sama terlihat frustasi dengannya.
"Kita udah nikah lebih dari 17 tahun, Gin. Tapi kenapa aku masih belum bisa buka hati buat kamu? Kalau aja dulu aku gak terima perjodohan aneh orang tua kamu, mungkin sekarang aku bisa hidup bahagia sama Fani, Gin." Hartawan menghela nafasnya gusar. Tangannya terulur mengambil sebungkus rokok di hadapannya.
"Aku tahu mas," Gina menatap suaminya dengan tatapan sendu, "Kamu masih belum bisa terima kalau Fani lebih milih Richardo waktu itu. Aku juga tahu alasan kamu mau jauhin Gendis dari Gesta gara-gara itu juga kan?"
Hartawan melirik Gina sekilas sebelum akhirnya sebuah anggukan pelan menjadi jawaban,"Kamu tahu, Gin. Richardo itu dulu brengsek, dia suka main sana-sini sama semua perempuan. Club malam dia udah biasa datengin cuman buat nyewa perempuan-perempuan buat di jadiin patner pemuasnya. Sampai akhirnya Fani ikut jadi korbannya...," lirih Hartawan di akhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GESTA [END]
Teen FictionTahap Revisi! -kamulah alasanku di ciptakan oleh tuhan. Gesta Algantara, cowok yang di kenal kejam, ganas, dan tidak segan membantai lawannya jika sudah berurusan dengan para pasukannya, yaitu geng Avilas. Sosok Gesta dimata orang lain sama saja se...