37. GOOD BYE!

438 27 145
                                    

HAPPY READING

***

Gendis, berlari menyusuri lobi rumah sakit dengan raut wajah cemas dan terburu-buru. Beberapa pengunjung rumah sakit sempat melihat ke arah Gendis yang berlarian dengan tergesa-gesa menuju ruang IGD itu.

Gendis tanpa berpikir panjang langsung menyusul para sahabatnya pergi ke rumah sakit setelah perasaannya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk nantinya. Ditambah dengan massage yang baru dikirim Gio beberapa menit yang lalu.

Di depan ruang IGD, sudah ada para sahabat beserta keluarga Gestayang terlihat cemas.  Mereka tak henti-hentinya mondar-mandir didepan ruang IGD.

Gendis menghentikan langkahnya di ikuti oleh kedua orang tuanya yang berada di belakang tubuhnya. Ia mengatur nafasnya sejenak sebelum bertanya mengenai kondisi Gesta kepada Richard selaku, ayah kandung Gesta.

"Om, gimana kondisi Gesta sekarang?"

Ricrhard menoleh, dan mengisyaratkan kepada Gendis agar duduk terlebih dahulu. Gadis itu akhirnya menurut, dan memilih duduk di kursi tunggu yang berada dihadapan Richard.

"Kondisi Gesta masih di periksa oleh dokter. Tadi dokter bilang kondisi Gesta lumayan parah," balas Richard dengan suara yang sangat parau di telinga Gendis.

Gio yang mendengarnya, menundukan kepalanya merasa bersalah. Cowok itu meremas rambutnya hingga acak-acakan.

BUGH

Satu tinjuan keras ia layangkan pada dinding rumah sakit dibelakangnya. Sahabat macam apa dirinya ini?! Kenapa dia tidak bisa menjaga sahabatnya dengan baik! Gio menopang kepalanya menggunakan kedua tanganya yang berada di atas kedua lututnya.

Bayang-bayang masalalu nya ketika dirinya harus kehilangan sosok Rean yang menjadi bagian dalam kehidupannya. Tiba-tiba saja menghantui isi pikirannya kembali. Dia takut, takut, jika kejadian yang sama akan terulang lagi. Dan menimpa Gesta.

"Gi, Gesta bakalan baik-baik aja kan?" Gendis ikut menopang  kepalanya menggunakan kedua tanganya yang berada di atas kedua lututnya. Air matanya turun bmembasahi pipi mendengar kabar buruk seperti ini.

Bukankah hari ini seharusnya dia bahagia? Kenapa malah menjadi begini? Mengapa harus Gesta? Mengapa harus Gestanya yang terbaring di ruang IGD sana?!

Gio mendongak lalu tersenyum tipis,"Berdoa aja, ya? Semoga Gesta baik-baik aja," balasnya, seraya mengusap lembut surai rambut Gendis, guna menenangkannya.

Walaupun dia sendiri tidak tenang dengan kondisi Gesta yang di sebut-sebut parah oleh Richard.

Geral yang biasanya cuek dan hanya bisa menampilkan raut wajah datarnya. Cowok itu mengepalkan tangannya di samping paha dengan mata yang menyiratkan rasa sakit yang begitu mendalam,"Dada gue sesak," lirihnya, menundukan kepala.

"Berdoa buat Gesta, Vin. Gesta kuat kok, dia gak bakalan kemana-kemana. Gesta..., bakalan bangun," Dera mengusap pundak Geral secara halus.

Kalau ada Amoura. Mungkin dia byang lebih tahu cara menenangkan sang mantan. Dibandingkan dirinya. Sayang saja, Amoura setelah kelulusan hlangsung pergi melanjutkan study di Yogyakarta.

"Jangan hibur gue sama kebohongan. Ucapan lo bikin dada gue makin sesak!" imbuhnya, dengan nada yang sedikit tinggi.

Dera mengabaikan suara Geral yang meninggi. Ia tetap menenangkan Geral yang sepertinya terlihat sangat frustasi malam ini. Geral tidak pernah terlihat serapuh ini sebeleumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang