20. Cuman Patah

149 28 231
                                    

Ada yang punya tebakan gak sih sebenernya siapa pembunuh si Rean? Gak ada, oh yaudah.

HAPPY READING

****

"Sus..sus..," pekik Gio di depan meja administrasi. Begitu mereka sampai di rumah sakit Sukma Jaya.

"Eh, iya ada yang saya bisa bantu?" tanya suster yang sedang melihat daftar catatan pasien saat Gio bersama teman-temannya datang merusuh.

Gio menetralkan nafasnya dahulu sebelum angkat bicara,"Sus, disini ada pasien yang namanya Gesta, gak?"tanyanya dengan nafas yang masih tersenggal senggal.

Wajar sih. Orang mereka lari-larian sampe di kejar 2 satpam gara-gara ngerusuh masuk rumah sakit.

"Sebentar saya cek dulu," Suster itu melihat kembali daftar catatan pasien dengan teliti,"Mohon maaf nama Gesta disini ada 2 kalian cari Gesta yang mana?" tanyanya

"Gesta yang terlibat kecelakaan." jelas sadam

"Dua-duanya juga kecelakaan,"

Restu berdehem pelan,"Urusan cewek biar gue aja yang ngomong,"

Sadam memutarkan bola matanya malas dan sedikit beringsut saat Restu mendekat ke meja adminitrasi.

"Ehekm, cantik. Disini ada gak yang namanya Gesta? Gesta Algantara yang terlibat kecelakaan, dia itu temen aku. Aku sebagai temannya yang baik hati dan tampan rupawan, gak tega lohhh,"

"Oh ada, tadi dia masuk ruang IGD. Lukanya lumayan parー"

"Oke Sus, makasih," Gio menyela ucapan suster itu, dan langsung berlari ke arah Ruang IGD yang berada di lantai 3 rumah sakit. Di ikuti oleh Sadam, Gendis, Restu, dan trio k.

"Makasih ya, cantik. Mbak cantik deh kalau lagi senyum," Restu mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman centilnya.

"Anjing! Buruan setan! Lo ngapain masih disini!" Sadam menarik kerah belakang seragam sekolah yang dikenakan oleh Restu. Lalu menyeretnya untuk mengikut langkah kakinya menuju ruang IGD.

****

Di ruangan yang tercium bau obat obatan terlihat seorang lelaki terkulai lemas di brankar rumah sakit. Dengan tangan, kepala dan kaki yang penuh perban.

"Ges, lo seriusan gapapa?" tanya Dehwi  menatap khawatir ke arah Gesta. Ia meringis pelan saat melihat banyak luka yang cukup serius di bagian kepala, kaki dan tangannya.

BRAK!

"Eh anjeng kelewatan!!"

"Yang mana ruang IGD?"

"Lo lulus TK kagak sih nyedh? Liat atas lo ada papan gede gitu!"

"Oh iya hehe. Gak usah ngegas juga kali, Dam, gue kan gak engeuh."

Dehwi dan Gesta yang berada di dalam ruang IGD tersentak kaget saat mendengar suara ricuh di depan ruangan IGD.

"Ges, keknya sohib-sohib lo deh itu," sahut Cintia yang berada di sebelah Dehwi.

Gesta hanya menganggukan kepalanya lesu,"Temuin mereka, Wi. Gue khawatir mereka khawatirin gue yang tampan ini,"

Dehwi mendelikan matanya,"Untung lo ganteng beneran, yaudah gue keluar dulu, ya. Cin, jaga Gesta bentar,"

Dehwi membuka pintu ruangan IGD hendak keluar. Namun, baru saja dia hendak menghirup oksigen banyak- banyak tiba-tiba saja Gio menarik jaket yang dikenakannya hingga cowok itu mengatupkan kembali bibirnya rapat-rapat.

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang