24. Cantik

119 21 234
                                    

HAPPY READING

****

"Kerjain pr gue yang bener. Jangan sampe ada yang salah," 

"Iya, Bang,"

Gesta berdiri di samping meja belajarnya sambil memperhatikan adiknya, Linggar. Mengerjakan tugas rangkuman yang diberikan Bu Saodah.

Bukannya dia males nulis atau belajar. Tapi Gesta itu bingung kalau disuruh tugas ngerangkum. Apalagi tangannya kan lagi sakit. Jadi gapapa dong kalau nyuruh Linggar yang ngerjain?

Lagian Linggar juga nurut aja kok kalau di suruh-suruh.

"Ini sampe halaman berapa, Bang?" tanya Linggar, seraya menunjukan hasil tulisannya yang sangat rapih.

Gesta jadi insecure liatnya.

"Udah sampe halaman itu. Lo tinggal jawab aja pertanyaan di halaman 170," jawabnya tak acuh. Gesta duduk di tepian ranjang sambil memainkan ponselnya.

"Susah, Bang. Harus lo sendiri yang jawab,"

"Yaudah lo sebutin pertanyaannya entar gue jawab,"

Linggar menatap buku abangnya yang sudah di penuhi oleh tulisan rapihnya. Ia membenarkan letak kacamatanya terlebih dahulu sebelum mulai membaca.

"Nomer satu. Kenapa populasi penduduk indonesia berada di tingkat keempat setelah China, India dan Amerika?"

"Karena.... gak muat, lanjut part dua,"

"Nomer dua. Jika kalian adalah penerus generasi bangsa selanjutnya. Maka cita-cita apakah yang kamu miliki?"

"Jadi anak presiden. Atau enggak, transmigasi jadi Rafathar juga gapapa deh."

Linggar menulis semua jawaban ngelantur ala kadar Gesta di buku tulisnya. Bodoamat mau salah atau enggak. Yang penting selesai! Yang bakalan salah pr abangnya bukan dia. Jadi, ya bodoamat.

"Udah Bang segitu aja,"

Gesta hanya bergumam kecil membalas perkataan Linggar.

"Gue balik ke kamar boleh?"

"Yaudah pergi sonoh," usirnya.

Linggar beranjak dari kursi yang ia tempati. Cowok itu berjalan menuju pintu keluar kamar Gesta. Namun, sebelum keluar dari kamar Gesta. Linggar kembali bersuara.

"Hati-hati sama orang terdekat lo," desisnya. Ia keluar dari kamar sang Abang lalu menutup pintu nya rapat-rapat.

Ting!

Gesta menggidikan bahunya tak acuh mendengar desisan Linggar. Ia mengambil kembali ponselnya yang berada di atas kasur saat mendengar suara notif masuk.

Unknown: Hai kak, ini aku Sesil

Gesta mengeryitkan dahinya sedikit bingung. Ia menekan nomer milik Sesil. Namun sebelum itu ia menamai kontak Sesil dengan 'Sanslik'.

Sansilk
Online

|Hai kak, ini aku Sesil

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang