HAPPY READING
***
Gesta bergegas masuk ke dalam rumah Restu. Ketika melihat pintu rumah dengan cat putih bergaya Eropa klasik itu terbuka lebar. Menampilkan keadaan di dalam sana.
Bau kemenyan langsung tercium oleh Gesta saat dia sudah memasuki area ruang tamu. Fix Gio pasti manggil dukun juga.
Gesta mengedarkan pandangannya ke arah lain. Mencari-cari dimana keberadaan para sahabat-sahabatnya saat ini.
"Ges! Sini!" panggil Gio, melambaikan tangan.
Gesta segera berjalan mengahmpiri Gio dengan langkah cepatnya. Rumah Restu memang selalu kosong. Karena kedua orang tuanya yang sudah berpisah dan memilih untuk meninggalkan rumah itu. Alhasil, Restu sekarang hanya tinggal sendiri. Walaupun hak asuh nya jatuh kepada tangan ibunya.
"Si Restu kenapa?" tanya Gesta, ketika melihat Restu yang terduduk dengan tatapan gemetar ketakutan, sambil memeluk kedua lututnya.
"Nih," Gio menyerahkan selembar kertas kepada Gesta.
Gesta membukanya dengan alis yang naik sebelah,"Apaanih?" Cowok itu mengeryitkan dahinya semakin bingung, dengan isi di dalam kertasnya,"Balikin nyawa adek gue, karena lo adek gue mati,"
"Maksudnya?" Gesta melipat kembali kertas dengan tinta merah di dalamnya itu, lalu menyerahkannya kepada Gio. Ia menatap Restu dengan tatapan seriusnya,"Restu? Lo punya masalah sama orang?"
Geral yang berada disana berdecih sinis,"Bukan dia yang punya masalah, tapi dia yang buat masalahnya," ucapan Geral berhasil membuat Restu mendongak.
Ia menatap Gesta dengan tatapan sayu,"Maaf, Ge. Gue gak jujur sama lo...," cicitnya.
Gesta berjongkok di hadapan Restu. Tangannya terulur memegang pundak sahabatnya itu. Apa Restu punya masalah? Itu yang Gesta pikirkan. Pikiran dia terlalu fana untuk dunia yang terlalu kejam.
"Kenapa?"
Restu menggeleng,"Gue takut lo bakal marah denger ini semua. Gue gak mau dijauhin lo, Ge,"
"Lo nutupin masalah lo, gak bakalan bikin hidup lo tenang. Terus terang sama gue, ada apa?" Gesta menatap lekat Restu.
Tatapan itu semakin membuat nyali Restu ciut. Cowok itu menundukan kepalanya dalam,"Se-sebenernya gu-gue orang yang udah hamilin cewek yang dulunya keluarga dia nuduh Rean. Dan gue juga dulu pernah ada, waktu Rean dibunuh, tapi gue diem aja," ucapnya gugup.
Restu menggelengkan kepalanya cepat dengan mata terpejam,"Gue minta maaf, Ge. Gue takut, gue takut, gue tahu gue pengecut tapi gue ada alasan sendiri buat gak bilang sama lo terus terang. Gue minta maaf, Ge...," racaunya.
Gesta terdiam mendengar ucapan Restu. Tangannya terulur menyentuh pundak Restu dengan tatapan yang masih sulit percayanya,"Lo bohongkan? Lo gak mungkin kayak gitu kan, Res? Gue tahu lo kayak gimana orangnya,"
"Maaf," Restu semakin menundukan kepalanya dalam. Dia tahu Gesta pasti kecewa dengan sikapnya. Bukan hanya kecewa, mungkin murka.
Tangan Gesta yang berada di pundak Restu, secara perlahan mulai berubah menjadi cengkraman. Rahang cowok itu mengeras dengan urat tangan yang tercetak jelas menggurat di sepanjang lengannya yang terkepal erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
GESTA [END]
Teen FictionTahap Revisi! -kamulah alasanku di ciptakan oleh tuhan. Gesta Algantara, cowok yang di kenal kejam, ganas, dan tidak segan membantai lawannya jika sudah berurusan dengan para pasukannya, yaitu geng Avilas. Sosok Gesta dimata orang lain sama saja se...