13. Pindah

225 41 262
                                    

HAPPY READING

******

Setelah selesai membantu Gesta mempacking barang-barangnya untuk pindahan. Gendis pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki.

Langkahnya membawa Gendis berjalan ke arah teras rumahnya. Disana sudah ada sang Mamah yang sedang duduk sambil membaca majalah dengan sampul bertuliskan Tips Kecantikan dan perawatan, di depannya.

"Assalamulaikum," ucap Gendis kepada ibunya yang sangat terlihat fokus membaca setiap rentetan tulisan di dalam majalah mingguannya.

"Walaikumsallam," jawab ibu Gendis seadanya.

Gendis menghela nafasnya sejenak. Pandangannya mengedar ke arah halaman depan dan garasi mobil. Seingatnya tadi pagi mobil Audi bewarna hitam masih terparkir jelas di garasi mobil nya.

"Ma, Papa kemana? Kok mobilnya gak ada, ya?" tanya Gendis seraya menggaruk-garuk pipinya bingung.

"Tadi Papa berangkat lagi ke jepang, katanya ada masalah sama proyeknya. Mungkin minggu depan baru pulang,"

"Oh ya, nanti malem juga mama harus pergi ke luar kota buat acara launching produk terbaru. Kamu di rumah baik-baik ya," lanjut Ginaーibu Gendis, menutup majalahnya, lalu meletakannya di atas meja kecil yang berada di sampingnya.

"Kok cepet banget? Baru aja Gendis mau ketemu Papa. Lagian Mama gak bisa ya besok aja berangkatnya?"

Gina bangkit dari kursinya,"Jangan kayak anak kecil ah, nanti minggu depan kan bisa ketemu sama Papa lagi. Mama malem ini harus keluar kota, kamu di rumah sendirian gapapa kan?"

Gendis tersenyum paksa mendengarnya,"Iya gapapa kok, Ma. Lagian Gendis udah gede, bisa jaga diri kok,"

Sebuah senyuman simpul terbit di bibir Gina,"Oh ya, tadi Papa kamu sempet nanya soal nilai. Gimana? Nilai kamu gak ada yang turunkan?"

Pertanyaan klasik yang selalu di tanyakan kedua orang tua Gendis jika ada di rumah. Tidak jauh dari masalah nilai, dan pergaulannya dengan Gesta.

"Baik kok, Ma. Sekolah aku juga lancar-lancar aja," jawab Gendis seadanya, walaupun kemarin nilai ulangan hariannya hanya 98.

"Bagus itu. kamu harus terus ada di urutan pertama, ya. Mama gak suka kalau nilai kamu turun. Kamu harus lebih rajin belajar lagi, biar bisa bikin Mama sama Papa bangga," Gina tersenyum senang mendengar jawaban anaknya.

"Iya, Ma. Yaudah kalau gitu aku ke kamar dulu, ya. Mau mandi," Gendis segera berjalan masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Mamahnya di depan pintu.

Dia sedikit terbebani dengan perintah-perintah orang tuanya yang menyuruh harus menjadi yang teratas apapun caranya. Nilai adalah segalanya bagi mereka. Kadang Gendis merasa bosan jika setiap hari harus belajar ini dan itu. Semua masa depan di tentukan dalam genggaman tangan kedua orang tuanya.

******

"Udah kalian nganterin gue nya sampe sini aja," Gesta melepaskan helm fullface nya. Motornya ia hentikan di depan sebuah rumah bertingkat tiga dengan nuansa Eropa kental. Warna putih dan cream menjadi pemandangan pertama yang Gesta lihat dari rumah ayahnya itu.

GESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang