1. Bucin

266 56 128
                                    

"Hal yang paling menyakitkan adalah disaat kita dipaksa merelakan segala hal yang kita sukai demi kebahagiaan orang lain"
-
Gianna Gabriella

•••

Pagi hari di SMA ARJUNA.

Bel masuk belum berbunyi, seluruh siswa tengah disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Ada yang sedang mengisi perut di kantin, menyalin jawaban dari teman sebangku, bergosip, dll.

Sedangkan gadis yang selalu memuja seorang kapten basket bernama Bintang, yaitu Gia sudah membuat teman sebangkunya frustasi pagi ini. Dengan cerocosannya yang bisa dibilang sangat tidak bermanfaat.

"Ih Seira, lo dengerin gue ga si?!"

Seira Diawani, yang notabene teman Gia itu sudah sangat muak sekarang.

Bayangkan, sudah 2 tahun dia mendengar bualan-bualan Gia tentang seorang Bintang.

Ah itu sangat membosankan daripada menunggu kepastian. Canda kepastian.

"Denger, Gianna Gabriella!" kesal Seira.

"Kalo denger kenapa engga jawab?"

"Heh! Gimana gue mau jawab, lo aja nyerocos ga ada remnya," ketus Seira.

Gia hanya tersenyum malu mendengar ucapan Seira yang bisa dibilang sedang memarahinya.

Dia dan Seira sudah berteman sejak SD bahkan SMP dan SMA, mereka juga satu sekolah, tapi sayang dulu di SMP mereka tidak satu kelas, tapi sekarang mereka satu kelas lagi.

Dan baru kali ini Seira menyesal karena satu kelas dengan sahabatnya itu.

"Maaf, gue kan semangat 45 kalo udah ngomongin Bibin," ucap Gia.

Mata Seira melebar mendengar panggilan menjijikan dari sahabatnya.

Apa? Bibin? Alay banget sumpah!

Seira hanya menggelengkan kepalanya, ia berpikir Gia sudah dalam bucin stadium akhir. Susah sekali untuk sembuhnya.

Lihat saja sekarang, gadis itu tengah menciumi layar handphonenya yang disana terpampang foto seorang Bintang Putra Sekasa.

•••

Jam istirahat.

Seira sedang dalam mood yang sedikit goyah, karena Gia yang terus merengek untuk diantar ke kelas Bintang, yaitu 12 IPA 3.

Padahal jika dipikir kelas mereka lebih dekat dengan kantin. Jika lewat kelas Bintang itu namanya menyia-nyiakan waktu saja.

"Udah deh Gi, gue capek denger lo ngomel mulu. Nanti juga ketemu di kantin kan?" ujar Seira, dia sudah kesal dengan kebucinan temannya itu.

Pacar bukan, ttm bukan, sahabat bukan, bahkan sekedar temen aja Gia tidak dianggap oleh Bintang. Tapi sahabatnya ini tidak pernah peka jika tatapan dingin Bintang itu mengisyaratkan ketidaksukaan.

"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin," tawar Seira.

"Samain aja." Seira mengangguk dan menuju salah satu stan bakso.

Mata elang milik Gia berhasil menelusuri seluruh penjuru kantin hingga ada satu objek yang membuat dirinya tersenyum lebar.

Dia berlari menuju salah satu meja yang diduduki oleh 4 orang cowok.

"Siang Bintang!" seru Gia setelah tiba di meja Bintang dkk.

Seluruh teman Bintang menoleh ke arah gadis cantik berambut coklat nan panjang itu.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang