22. Kenyataan Pahit

37 25 52
                                    

"Kenapa harus kamu Bintang?"
_

Gianna

•••

Sore hari dengan hujan deras membuat seorang cowok dengan baju basket menghela nafasnya. Karena ulah Silla ia harus terjebak disini dengan gadis yang tengah tertidur pulas di bahunya.

Bintang menatap wajah Gia yang terlihat tenang dalam tidurnya. Motornya mogok dan dibawa oleh Diego ke bengkel terdekat, sedangkan Silla membawa mobil guna menumpangi Diego nantinya.

Sudah dua jam Bintang menunggu kedatangan Silla dan mobil gadis itu. Tapi sampai sekarang gadis itu tidak muncul-muncul juga.

Tin tin

Sebuah mobil putih berhenti di depan halte, lalu tak lama kemudian Silla dan Diego keluar dari mobil itu dengan dua payung di mereka.

"Lama banget!" protes Bintang.

Tanpa menjawab Bintang, Silla malah menyuruh Diego untuk membawa Gia masuk ke dalam mobilnya. Diego kesini deng motor tidak baik juga dia membawa pulang Gia dengan motornya kan.

"Gue sama siapa?" tanya Bintang.

Diego menoleh ke arah Bintang. "Lo bisa nggak gendong dia sampai ke mobil, lo bareng Silla sama Gia aja," ucap Diego.

Tatapan Bintang menjadi terarah pada Gia yang masih anteng di pelukan Silla. Gadis itu kebo sekali ternyata.

Dengan hati yang masih ragu, Bintang menyelipkan tangannya pada tengkuk leher Gia dan tekukan lutut gadis itu. Menggendong Gia ala bridal style menuju mobil Silla.

Diego mengikuti mereka sembari memayungi Gia dan Bintang agar tidak terkena air hujan.

"Gue kena hujan dodol!" protes Bintang saat baju belakangnya sudah basah. Diego ini tidak bisa apa memegang payung dengan benar.

"Ya emang kenapa? Gue kan mayungin juga bukan buat lo, tapi buat Gia!" ucap Diego yang membuat Bintang semakin kesal.

Setelah masuk ke dalam mobil Silla, Bintang segera membenarkan posisi kepala Gia agar kembali menyandarkan kepalanya di bahu cowok itu.

Mobil Silla menelusuri jalanan kota yang tengah diguyur hujan lebat. Saat dia menatap kaca di dalam mobilnya yang mengarah pada arah belakang. Terlihat kedua remaja yang sama-sama memejamkan matanya.

"Lo nggak nganterin dia pulang?" tanya Bintang saat mobil Gia malah memasuki garasi rumahnya.

"Gue nginep disini, dan Gia gue ajak karena dirumah dia nggak ada siapa-siapa," jelas Silla.

Bintang masih mengerutkan dahinya bingung. Silla menoleh ke arah belakang, menatap Bintang dan Gia bergantian lalu keluar dari mobil.

"Gi, bangun!"

Gia nampak menggeliat dan mata cantiknya mulai terbuka perlahan.

"Gue dimana?" tanya Gia sembari mengucek matanya.

"Rumah Bintang," jawab Silla meraih tasnya dan Gia lalu menarik lengan gadis itu keluar dari mobil.

"Apa?!!" pekiknya saat sudah benar-benar sadar dengan jawaban Silla atas pertanyaannya.

"Gausah teriak bisa?"

Gia menoleh ke arah belakangnya saat suara bariton seseorang terdengar. Bolehkan Gia berucap syukur sebanyak-banyaknya, dan melakukan sujud pada Tuhan karena bisa menapakkan kaki di rumah Bintang lagi.

"Ayo masuk!"

Gia kembali menoleh ke arah Silla lalu mengangguk semangat. Lalu ia memasuki rumah yang mungkin akan menjadi rumahnya nanti saat sudah menikah dengan Bintang. Kalau memang direstui Tuhan.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang