"Kadang kita juga bisa lelah akan cobaan dunia, tapi jangan sampai mengambil jalan kematian"
_Gara
•••
Cowok dengan kaos berwarna navy dipadukan dengan celana pendek warna hitam tengah berkutat membuatkan teh hangat untuk sepupu gilanya itu.
Dengan otak yang tidak digunakan, bisa-bisanya gadis itu menenggelamkan tubuhnya pada bath up yang berisi air penuh.
Setelah selesai membuat teh, dia menuju kamar Gia yang terletak di lantai atas.
"Minum!" perintahnya pada Gia yang masih tiduran di kasur dengan tatapan kosongnya.
Gadis itu menoleh ke arah Gara lalu bergerak untuk duduk. Bersandar pada sandaran kasur miliknya. Dengan pelan Gia menerima teh buatan Gara itu dan meminumnya, ada sensasi hangat di tubuh dinginnya saat teh itu masuk ke tenggorokannya.
Setelah meminum setengah gelas teh itu, Gara mengambil alih gelas dan menaruhnya di nakas.
Cowok itu menatap ke arah Gia, tatapan yang benar-benar takut jika Gia akan melakukan hal yang sama lagi kedepannya.
"Dirka gak suka lo kayak gini," ucapnya.
Cowok itu beralih pada sisi ranjang di sebelah Gia, dan merebahkan tubuhnya di sebelah gadis itu. Menatap langit-langit kamar berwarna putih dengan hiasan bintang-bintang kecil yang cukup banyak.
Gia menatap lurus ke depan dengan posisi yang masih sama. Matanya melirik ke arah Gara yang tidur di sampingnya.
"Dirka kemana?"
Gara menoleh, lalu mengedikkan bahunya. Memberi jawaban jika ia tidak tahu dimana adiknya itu pergi.
"Dia gak bilang apa-apa?"
"Bulan depan dia balik."
"Cuma itu?"
Gara mengangguk.
Gia bingung, sebenarnya kemana cowok itu pergi. Kenapa misterius sekali, biasanya Dirka malah pamer padanya jika akan pergi ke suatu tempat.
"Tidur, gue temenin!" perintah Gara.
Menurut, Gia merebahkan tubuhnya di samping Gara. Dengan posisi yang menghadap ke arah cowok itu, sedangkan cowok itu hanya menatapnya datar.
"Kalo mimpi itu datang lagi gimana?" takutnya.
"Ada gue," jawab Gara.
Pasrah, Gia menutup matanya. Perlahan masuk ke alam mimpi. Dan ya, mimpi itu kembali datang.
"Lepasin dia!"
"Lakuin itu ke aku aja, jangan ke Gia!"
"Akkh!!"
"Kakak gapapa Gia, asal kamu bahagia."
"Gapapa kakak hancur yang terpenting kamu masih utuh."
"KAK GHEA!!"
Gara yang tengah bermain game di komputer milik Gia telonjak kaget saat Gia berteriak. Dengan cekatan cowok itu mendekati Gia dan memeluk gadis itu, mengusap lembut punggung Gia yang bergetar.
"Dia jahat Gar, dia jahat!"
Gara hanya diam, masa itu adalah masa yang membuat Gara merasa gagal menjaga Gia. Bahkan pada masa itu juga Dirka benar-benar murka besar.
"Ini semua salah gue, seharusnya gue ga ikut sama dia, pasti Kak Ghea gak akan merasakan hal itu Gar!"
"Udah, lo tenang dulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]
Teen FictionMasalah dalam hidup Gianna Gabriella menjadi hambatan untuk dirinya bebas megapai cahaya terang impiannya. "Kamu tau kenapa aku deketin kamu?" ucap Gia menatap sosok cowok tinggi dan tampan yang diam tak berkutik. Alis cowok itu terangkat sebelah me...