10. Malam Mengerikan

49 37 93
                                    

Happy Reading!

•••

"Dulu aku memang secerah cahaya. Tapi sekarang rasanya, aku tidak sanggup memilih warna yang cocok untuk diriku selain...HITAM"
_

Gianna

•••

Jam istirahat.

Bintang menatap Gia yang tengah memakan nasi goreng bersama Seira dan Silla.

Hari ini terasa aneh, karena tidak ada ucapan selamat pagi untuknya dari jendela samping bangkunya.

"Makan Tang!" titah Bima.

Sejak tadi Bintang tidak menyentuh makanannya sama sekali. Atensi cowok itu terus menuju pada satu meja. Tadi saja di kelas Bintang terus melamun.

"Hoy!!"

Seruan dari Bima berhasil membuyarkan lamunan Bintang yang berganti menjadi keterkejutan.

"Makan, ntar gue aduin tante Dewi kalo sampe maag lo kambuh!"

Dengan ogah-ogahan Bintang menyuapkan nasi sotonya ke dalam mulut. Meskipun matanya sesekali masih melirik ke arah meja Gia.

Cewek itu benar-benar tidak melihatnya ya? Dan kenapa juga dia kesal saat ini? Dia tidak ada rasa kan pada gadis itu? Atau memang rasa itu baru datang?

"Katanya Gabri bakalan cuti lama," celetuk Fery.

"Kata siapa?" tanya Bima.

"Kata saya," ujar Fery melawak.

Bima menyatukan tangannya mengadah. "Ya Allah, sembuhkanlah teman saya dari penyakit garing, aamiin," ujarnya.

"Kayak lo ga pernah garing aja!" Fery menonyor kepala Bima.

"Enggaklah, seorang Bima selalu lucu nan menggemaskan," sombongnya.

"Coba lo ngelawak ke Bintang, Lio sama Gara," tantangnya.

Bima gelagapan, tiga orang itu kan humornya dollar tidak bisa ditawar. Mahal pisan.

"Lo pernah ngerasain ngelawak dikuburan?" tanya Bima.

"Gak lah, ngapain juga nggak ada yang nyahut, kalo nyahut malah serem!" ujarnya ngeri.

"Nah, sama kayak gue ngelawak ke mereka bertiga, nggak akan ada yang nyahut. Sekali nyabut, seremnya naudzubillah," jelasnya.

Fery melirik pada ketiga temannya yang sekarang  menatap tajam ke arah Bima dan Fery secara bergantian.

"Gini aja udah serem Bim," bisiknya pada Bima.

"Pengen ngompol rasanya," balas Bima.

"Anjir, kalo itu ya jorok Bagong!"

Lagi-lagi kepala Bima menjadi sasaran tonyoran Fery.

•••

Gia merasa aneh pada Diego saat cowok itu terus mengikutinya kemana pun ia pergi, begitu juga dengan Rian. Untungnya Rian sedang ada rapat osis kali ini, jika tidak maka ia seperti memiliki dua bodyguard saja rasanya.

"Lo ngapain sih ngikutin gue terus?" tanya Gia kesal

"Jagain lo," jawabnya santai.

"Siapa yang nyuruh?"

"Dirka."

Gia mengerutkan dahinya, jadi Diego di suruh Dirka. Pasti alasan Diego pindah sekolah ke sini juga karena Dirka.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang