16. Name Tag

40 26 58
                                    

"Kadang kalian terlalu larut pada keindahan yang hanya dapat dilihat dengan mata, tanpa ingin tahu betapa sulit membuatnya"
_

Gianna

•••

Gadis dengan baju tidur krem menatap ke arah cermin yang menampakkan wajahnya polosnya tanpa polesan make up.

Pikirannya terus terbayang-bayang ucapan Lio tadi siang. Sungguh ia sangat gugup dan takut jika Lio mengetahui sesuatu tentang identitas Gabri, yang tak lain adalah dirinya.

Gia menarik laci meja riasnya, mencari sesuatu yang akan ia pakai besok ke sekolah.

"Kok nggak ada? Kemarin kayaknya gue taruh di sini deh," ucapnya bermonolog.

Ia terus mencari, tapi tetap tidak menemukannya setelah menghabiskan waktu 1 jam mencari.

Ia kemudian mengingat-ingat dimana terakhir kali ia memakai benda itu. Gia membekap mulutnya tak percaya.

"Lio nemu name tag gue?" batinnya

Dengan segera Gia menelfon Awan untuk meminta bantuannya. Hanya dia yang bisa melakukan itu, dan ia yakin akan keberhasilan Awan.

"Name tag gue ada di tangan Lio, lo ambil dari dia bisa?" ujar Gia.

"Tenang aja, besok pasti udah di tangan lo!"

Semoga Awan bisa melakukannya. Ia harap dan semoga Tuhan mengabulkannya.

•••

"Gimana?" tanya Gabri

Note : setiap Gia berpura-pura jadi Gabri otomatis namanya aku ubah jadi Gabri ya. Jadi nanti kalo ada dialog Gabri berarti Gia lagi berpura-pura. Oke?

Ini sudah dua hari tapi Awan gagal melakukannya, dan hari ini Awan mengajaknya bertemu.

"Kayaknya dia curiga sama gue," jawab Awan.

Gabri menghela napasnya, kenapa kali ini gagal? Awan gagal? Berarti musuh lebih pintar.

"Biar gue yang turun tangan sendiri," putus Gabri.

"Lo yakin?"

"Seratus persen yakin."

Pagi ini Gia pergi ke sekolah pagi-pagi buta. Kemarin malam ia sudah mengchat Lio untuk bertemu di lorong dekat loker siswa.

Gia terus menoleh kesana-kemari melihat situasi. Ia harap Lio tidak membohonginya.

"Cari gue?"

Gia menoleh ke arah kanan, Lio berjalan sembari memainkan kontak motor miliknya.

"Lo nemu name tag malam itu?"

Lio nampak berpikir, lalu tersenyum miring sembari menatap Gia penuh arti.

"Lo Gabri?"

Gia tercekat mendengarnya. Apakah ini saatnya ia harus membuka topengnya, tapi tidak, ini bukan waktu yang tepat.

"Balikin name tag gue!"

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang