20. Faktanya

44 25 60
                                    

"Bintang kapan aku dan kamu menjadi kita?"
_

Gianna

•••

Cowok dengan seragam basketnya itu sudah bercucuran keringat. Tinggal dua poin lagi, tim atas kepemimpinannya akan mendapatkan kemenangan.

Sejak tadi ia kurang fokus, dan ia takut jika poin berikutnya akan membuat tim lawan lebih unggul.

"BINTANG SEMANGAT!!!"

Suara seorang gadis membuat dirinya menoleh ke arah tribun penonton. Suara yang selama ini tidak pernah terdengar. Suara yang mungkin ia rindukan selama ini.

Disana Gia tengab tersenyun ke arahnya dengan tangan yang terkepal guna mengungkapkan arti semangat.

Tanpa disadari olehnya, bibir Bintang menyinggung senyum tipis.

Prittt

Peluit telah dibunyikan setelah tim lawan meminta breaktime.

Dengan gesit Bintang melewati beberapa lawannya dan mengoper bola ada rekannya. Lalu menshoot bola ke arah ring.

Gotcha! Dua poin ia dapatkan sekaligus.

Priiiiittttt

Suara peluit menandakan pertandingan kali ini telah selesai. Bintang tersenyum menatap ke arah atas. Timnya kembali mendapatkan juara 1 dalam turnamen kali ini.

"Bintang hebat!" Suara gadis yang sudah sering menjadi alarmnya kini terdengar cukup dekat dengan posisi dirinya berdiri.

Bintang menoleh ke arah belakang, gadis dengan pakaian casual tersenyum ke arahnya. Jangan lupakan sebotol air mineral yang digenggamnya.

"Nih minum dulu!" Gia menyodorkan sebotol air mineral pada Bintang dan kali ini diterima dengan baik oleh cowok itu.

Setelah meneguk habis sebotol air mineral pemberian Gia. Bintang hanya diam menatap dalam mata gadis di depannya.

"Kesini sama siapa?" tanya Bintang tiba-tiba.

"Sama Dirka!" jawabnya antusias.

Bintang mengangguk paham. Lalu berjalan melewati Gia guna membuang botol bekas minumnya.

"Bintang capek ya?" tanya Gia yang masih setia mengikuti kemana cowok itu pergi.

"Menurut lo?"

"Menurut aku, capek."

Keheningan kembali menyelimuti keduanya. Hingga Bintang berhenti melangkah dan berbalik menatap Gia dengan tatapan tajamnya.

"Lo yakin mau ngikutin gue?" Gia mengernyitkan dahinya bingung. Tolonglah, kadang otak Gia agak lemot.

Gia mengangguk sebagai jawaban sebelum sebuah sentilan mendarat pada dahinya.

"Aduh, sakit tahu!" gadis itu meringis kecil. Sungguh sentilan Bintang lumayan sakit, ia yakin dahinya pasti sedikit memerah.

"Lo mau ngikutin gue ganti baju gitu?"

"Iya, eh, maksutnya engga, hehe," ucap gadis itu dengan cengiran khas-nya.

Sedangkan Bintang hanya menatap datar ke arah Gia. Polos boleh bego jangan.

"Lo duduk di sana, sekalian pegang tas gue," suruh Bintang sembari menyerahkan tas hitamnya pada Gia, lalu memasuki ruang ganti.

Gia masih terdiam di depan pintu ruang ganti, ia masih tidak percaya jika Bintang menyuruhnya untuk memegang tas cowok itu.

Dengan senyuman lebarnya, Gia mengambil duduk seperti apa yang Bintang suruh tadi. Kakinya yang memakai sepatu sneakers putih itu mengayun-ayun, seolah menunjukkan kebahagiaan yang dirasakan oleh gadis saat ini.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang