7. Diantar Pulang

52 40 122
                                    

Happy Reading!!

•••

"Tidak bisa dipisahkan, tapi akan membuat luka jika disatukan."

-
GG

•••

Pagi ini, Gia sudah tiba di sekolah pagi sekali dan itu semua karena Gara. Kemarin, Gavin memberitahu keadaannya pada Gara dan Dirka. Alhasil, ia harus terjebak oleh dua sepupu posesifnya itu.

"Makan dulu ya?" tanya Gara sambil merangkul Gia.

Gia hanya menggeleng, ia tidak mood makan. Bahkan melakuka hal apapun, ia juga tidak mood.

Meskipun mendapat penolakan dari gadis di sebelahnya. Gara tetap kekeh membawa depupunya itu ke kantin sekolah.

"Bentar."

Gara berlalu pergi, setelah mendudukan Gia disalah satu meja kantin. Cowok itu memesan satu piring nasi goreng, dan teh hangat untuk Gia.

"Makan!"

Gadis itu hanya menatap piring di depannya, tidak berniat untuk menyentuh apalagi memakannya. Gara menghela nafasnya, inilah yang terjadi jika Gabri datang dalam hidup gadis itu.

Gara mengambil alih nasi goreng itu, dan menyendok satu sendok nasi goreng. Menyodorkannya sendok itu ke mulut Gia.

"Aaa."

Gia melirik ke arah Gara, cowok itu benar-benar tidak bisa dibantah kali ini.

Dengan wajahnya yang ditekuk, Gia memakan nasi goreng yang disuapkan Gara padanya.

Hanya beberapa menit, makanan gadis itu sudah habis dengan cara yang sama. Gadis itu hanya diam saat Gara menariknya menuju kelasnya.

Di depan kelas sudah ada ketiga teman gadis itu dengan wajah khawatir yang tidak bisa disembunyikan, kecuali Silla si pemilik wajah datar.

"Gi, lo gapapa? Gabri ga ngapa-ngapain lo kan?" tanya Jihan setelah Gia berada di depan mereka.

Gadis itu memegang kedua pundak Gia dan menatap sahabat masa kecilnya dengan khawatir.

"Lengan atas," ujar Silla menatap Gia datar dan dingin.

Atensi Jihan dan Seira beralih pada lengan kiri Gia. Disana seragam Gia memang agak menggembung karena adanya perban.

"Gabri datang?" tanya Jihan tak percaya.

"Jelasin!" tekan Silla.

Mereka tahu siapa Gabri dan bagaimana perilaku mereka. Tapi Gabri tidak akan datang jika Gia sendiri yang memanggil orang itu.

Mereka membawa Gia menuju bangkunya. Mereka menunggu cerita yang akan dijelaskan Gia.

"Dia datang setelah gue panggil dia. Dia sayat lengan gue." Cerita Gia membuat ketiganya tak percaya jika Gabri datang kembali dengan sisi kejamnya.

Gia menoleh ke arah Seira dengan senyuman tulusnya.

"Tapi ini ga parah, karena Awan datang buat hentiin Gabri."

•••

"Pagi Bintang!"

Suara itu sudah seperti alarm bagi kapten basket kebanggaan SMA ARJUNA. Bagaimana tidak, setiap paginya gadis itu akan selalu muncul dari jendela sebelahnya hanya sekedar mengucapkan kalimat itu.

Meski tidak di respon, gadis itu juga tidak akan lelah mengucapkan dua kata yang sama tiap harinya.

"Jawab dong Bintang," bujuknya.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang