19. Jarak

31 23 41
                                    

"Aku ingin mencoba membuat jalan pintas di antara jarak kita, namun takdir membuatku takut apakah jembatan itu akan bertahan lama."
_

Gianna

•••

Satu bulan berlalu...

Jarak antara Gia dan Bintang semakin jauh, keduanya tak lagi bertemu. Bintang sibuk dengan turnamen basketnya dan Gia yang sibuk dengan persiapan UAS semester 1 yang akan diadakan minggu depan.

Apakah Gia masih suka Bintang? Jawabannya masih. Gadis itu masih suka dengan kapten basket SMA ARJUNA. Gadis itu juga masih sayang dan cinta.

Namun, Bintang sudah tidak menarik lagi di mata gadis itu. Dengan perlahan sosok Bintang sudah tidak menjadi cahaya pusatnya.

Tujuan Gia saat ini hanyalah mendapatkan nilai yang tinggi agar terhindar dari amukan sang papa. Dan menunggu sang mama bangun dari komanya, lalu hidup bersama-sama lagi menjadi keluarga yang utuh seperti dulu.

"Gia, boleh lihat catatan Matematika yang bab 4 nggak?" tanya seorang siswi di kelas Gia.

"Boleh, bentar ya." Gia mengambil buku catatan matematikanya di dalam tas, lalu memberikannya pada temannya dengan senyuman cerahnya.

"Ini!"

Gia mengerutkan dahinya saat siswi itu memberikan sebuah amplop putih padanya.

"Apa ini?"

"Katanya dari cahaya kamu."

Gia semakin bingung dengan jawaban siswi itu yang mengatakan jika amplop dari cahayanya. Gadis itu membekap mulutnya kaget, apakah dugaannya benar, cahaya yang dimaksud itu adalah...

Tapi, Gia tidak ingin berharap lebih. Tanpa membuka amplop itu Gia kembali melanjutkan acara mencatatnya setelah memasukkan amplop itu di saku roknya.

Mungkin nanti pulang sekolah akan ia baca, sekarang ia harus mencatat rumus-rumus fisika yang harus ia pelajari lagi.

Gadis itu hanya duduk sendirian di bangkunya, karena Seira sedang pergi ke kantin dengab Lio.

Ya, selama satu bulan ini juga, ia tidak pernah menginjakkan kakinya di kantin sekolah. Mungkin ia akan menitip pada Seira atau mengirim pesan pada Gara jika ingin jajan, seperti sekarang ini.

"Nih!"

Gia mendongak saat satu kotak susu coklat dan satu roti diletakkan di atas bukunya.

"Gara! Kebiasaan banget ditaruh di atas buku. Untung susu kotaknya engga dingin, kalo dingin buku gue bisa basah!" kesalnya.

Cowok itu terlihat tidak ikhlas sekali memang. Tapi jauh di dalam hatinya Gara sangat senang setiap Gia merepotkannya, karena dengan itu ia tahu jika Gia masih mau bergantung padanya.

Gara mengambil duduk di bangku Seira tepatnya di sebelah sang sepupu. Tangan cowok itu mengambil alih susu kotak dari tangan Gia dan mencobloskan sedotan pada lubang yang sudah tersedia.

Setelahnya Gara membukakan sebungkus roti untuk di makan gadis di sampingnya. Cowok itu hanya diam mengamati Gia yang memakan rotinya dengan lahap.

Tangan cowok itu beralih mengambil buku milik Gia. "Gue lanjutin," ucapnya.

Tanpa mendengarkan jawaban Gia, Gara dengan telaten melanjutkan mencatat rumus-rumus di buku Gia.

"Makasih ya," ucap Gia yang hanya dibalas deheman oleh sang sepupu.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang