13. Kisah Malam Itu

42 27 67
                                    

"Dulu kamu pernah menjadi sumber kebahagiaanku. Tapi karena perbuatanmu, sekarang kamu malah menjadi sumber kehancuranku"
_

Gianna to Langit

•••

Malam hari pukul 9 malam. Seseorang baru saja turun dari sebuah motor sport hitamnya. Dengan pakaian serba hitam sosok itu mengetuk pintu rumah berwarna coklat.

Tok tok tok

Tak lama kemudian pintu berwarna coklat itu terbuka. Menampakkan wanita yang tak lain adalah seorang suster.

"Gabri?"

Gabri mengangguk, dan melepas helm miliknya menampilkan wajah datar tanpa ekspreksi.

"Ayo masuk, suster buatin minuman ya," tawarnya.

"Kak Ghea?"

"Non Ghea ada dikamar lagi ngelukis," jawabnya.

Gabri pamit ke kemar Ghea. Gadis yang menjadi alasan untuk dirinya tetap hidup. Lain lagi jika gadis itu tidak ada di hidupnya, mungkin ia akan hilang dari bumi ini.

Pintu berwarna pink itu terbuka, menampilkan seorang gadis dengan tangan yang menari-nari membawa kuas ditangannya, membuat sebuah lukisan indah pada kanvas putihnya.

Gadis itu menoleh saat pintu kamarnya terbuka, senyuman manis ia lontarkan pada Gabri.

"Kamu kesini?" ujarnya, lalu meletakkan kuas dan paletnya di atas meja.

Menghampiri Gabri yang hanya diam di ambang pintu. Gadis itu mengambil lampion yang ia gantung di dekat pintunya.

"Lampionnya mati, kemarin Dirka kesini, dia nggak bisa benerin," adunya pada Gabri.

Gabri menatap lampion yang sudah mati itu, lalu mengambil alih lampion itu dari tangan Ghea dan mengamatinya.

"Aku ambil alatnya di gudang dulu," ujarnya sembari memberikan lampion itu pada Ghea.

"Jangan lupa bawa senter, lampu gudang lagi padam belum dibenerin," ucap Ghea.

Langkah Gabri berhenti lalu meraih senter yang tergantung di dekat pintu kamar Ghea. Seperti sudah di persiapkan untuk gadis itu.

Gabri melangkah ke arah gudang yang cukup gelap itu hanya ada sedikit cahaya dari ventilasi gudang.

Keadaan seperti ini malah membuatnya tidak nyaman dan gelisah. Mengingat malam mengerikan yang membuat kehidupan dua orang hancur secara bersamaan.

Gabri dengan cepat mengambil alat yang bisa ia gunakan untuk membenahi lampu lampion milik Ghea yang sudah mati.

Kini keduanya telah berada di balkon kamar Ghea, dengan tikar sebagai alas. Kedua orang itu sibuk dengan lampion itu, sebenarnya hanya Gabri yang sibuk, sedangkan Ghea hanya diam mengamati apa yang akan dilakukan Gabri pada lampionnya agar bisa menyala.

"Nih, udah beres." Gabri menyodorkan lampion itu pada Ghea.

"Makasih!" ucapnya antusias.

Ghea masuk ke dalam kamarnya guna mencoba lampion itu. Sedangkan Gabri membereskan segala peralatan. Setelah mencoba lampionnya Ghea kembali ke balkon dan duduk disebelah Gabri.

"Gimana keadaan kakak?"

"Baik, kamu?"

"Kayak biasanya."

Ghea menatap Gabri intens, sorot matanya mengatakan dia tahu segala hal tentang Gabri. Sifat, kehidupan, masalahnya, keinginanannya, dll.

"Mau peluk kakak?" tawar Ghea.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang