29. Jerman

41 25 47
                                    

"Caraku melupakan adalah lari dari kenyataan"
_

Gianna

•••

Pagi yang cerah dengan matahari yang sudah siap menerangi dunia dengan sinarnya yang memiliki banyak manfaat.

Suara dentingan sendok dan piring terdengar di ruang makan. Di sana seluruh anggota keluarga tengah menikmati lezatnya makanan buatan putri bungsu mereka.

"Masakan kamu selalu enak dan lezat Gi," puji Ghea.

Gia tersenyum mendapat pujian dari sang kakak. "Makasih!"

Elang dan Gavin tersenyum melihat keakraban Ghea dan Gia. Sekarang Elang sadar, memisahkan Ghea dari Gia adalah hal tersalah yang pernah ia pilih.

"Gia, hari ini kamu bisa temenin Ghea ke butik?" tanya Elang.

"Bisa pa, aku juga lagi free kok hari ini," jawab Gia.

"Yasudah kalau begitu, nanti jam 9 Bintang bakalan jemput kalian."

Gia menghentikan gerakannya saat mendengar Bintang akan menjemput mereka.

"Kenapa harus sama Bintang, Gia kan juga bisa jagain aku nanti," protes Ghea.

"Bintang yang memaksa buat ikut, karena takut kamu kenapa-napa."

Gia tersenyum getir mendengar alasan Bintang. Semua yang ia harapkan dari Bintang kini terwujud, namun perlakuan Bintang yang ia harapkan bukan untuknya melainkan untuk sang kakak.

Kini Gia sudah berada di dalam mobil Bintang, duduk di kursi belakang menatap kedekatan calon pengantin itu dalam diam.

"Bintang, nanti perjalanan pulang kita mampir ke kedai es krim yang sering kita kunjungin ya," ucap Ghea.

"Iya, tapi jangan banyak-banyak nanti kamu sakit," tutur Bintang.

"Iya, nggak banyak kok. Tapi nanti beliin buat Gia juga ya, dia suka es krim cokelat!"

Gia yang mendengarnya langsung gelagapan.

"Eh aku nggak usah!"

"Kenapa? Biasanya kamu yang paling bahagia kalau mau beli es krim." Ghea menoleh ke belakang menatap Gia dengan perasaan bingung.

"Lagi nggak mau aja makan es krim siang-siang," alasan Gia.

Ghea ber-oh mendengar alasan Gia, sedangkan Bintang menatap gadis itu dari kaca mobil.

Senyuman yang dulu selalu ia lihat di pagi hari, sekarang tak lagi diperlihatkan.

Tatapan keduanya tak sengaja bertemu, namun Gia dengan cepat memalingkan wajahnya. Ia ingin segera melupakan sosok laki-laki yang saat ini akan menjadi suami sang kakak.

Ghea mulai mencoba-coba gaun dibantu oleh beberapa pegawai. Sedangkan Gia duduk santai di sofa bersama Bintang yang duduk di depannya.

"Mas Bintang, ini jasnya silahkan di coba terlebih dahulu," ucap salah satu pegawai.

Bintang mengangguk lalu berdiri dari duduknya dan mulai mencoba tiga jas yang sudah diberikan pegawai tadi. Gia menatap Bintang yang sedang berkaca.

"Gimana?" ucap Bintang membuka suara.

"Ha?" ucap Gia bingung saat Bintang menatapnya dari pantulan kaca.

"Jasnya cocok nggak?"

Gia membeku sejenak mendengar pertanyaan Bintang. Lalu ia mengangguk sebagai jawaban. Bintang tersenyum sejenak lalu melepas jasnya dan menduduki sofa di sebelah Gia.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang