9. Misterius

49 38 104
                                    

Happy Reading!!

"Kebahagiaan yang paling berharga adalah bisa melihat orang tertawa karena kita"
_

Dirka

•••

Dirka memijat pelipisnya saat Gabri datang ke markasnya. Orang itu membuat dirinya pusing tujuh keliling.

Secara tiba-tiba Gabri menghancurkan markasnya karena tidak mendapat kabar dari dirinya.

"Gue minta maaf, gue lagi sibuk," jelas Dirka.

"Sibuk apa?"

"Ada urusan."

Gabri memincingkan matanya dibalik helm full face miliknya. "Lo udah mulai rahasiaan sama gue?" ujarnya geram.

Dirka diam, saat ini Gabri tengah emosi. Jika dia salah bicara, maka akan fatal jadinya. Dan target Gabri pasti adalah sepupunya, Gia.

Dirka tidak mau Gia disakiti oleh Gabri lagi, manusi kejam yang tidak bisa terpisahkan dari Gia.

"Bintang ngajakin lo duel pas weekend," ujarnya mengalihkan topik.

"Diterima!"

Dirka cukup lega, pengalihan topiknya berhasil.

"Gue balik!"

Dirka mengangguk sebagai jawaban. Ia selalu mati kaku saat berhadapan dengan Gabri. Serasa lebih menyeramkan dari kematiannya.

"Gue harap lo segera sadar dan nggak bakalan ganggu hidup Gia lagi, Gab!"

•••

Hari berlalu cepat, hari sabtu telah datang. Gia merebahkan tubuhnya di atas kasur berseprai biru. Gadis itu menoleh ke arah sofa di kamarnya, disana ada helm milik Gabri.

Entah kenapa Gabri bisa datang hanya karena tidak mendapat kabar dari Dirka seharian.

"Ntar malam dia mau balapan sama Bintang, tapi gue nggak yakin dia bakalan datang," gumamnya.

Manik gadis itu beralih pada bingkai foto seseorang yang sangat ia sayangi. Seorang gadis dengan wajah yang hampir mirip dengan dirinya.

Gheanna Gabriella. Gadis anggun, pintar, baik, polos, lemah lembut dan selalu disayang oleh papanya.

Sedangkan dia, Gianna Gabriella. Gadis yang tak pernah diperhatikan, tak bisa lepas dari dunia motor, dan kepintaran yang tak bisa menandingi Ghea membuat dirinya dipandang sebelah mata.

"Kapan aku bisa ketemu sama kakak?"

Gia mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir. "Mungkin kalo kita ketemu, kita pasti merasa lagi ngaca," ujarnya diakhiri tawa pedihnya.

"Gia yang dulu berada di penjara kak, Gia yang dulu dipaksa meninggalkan segala hal yang ia sukai, Gia yang dulu sudah mati rasa dan tak pernah mengenal arti kebahagiaan."

"Gia dipaksa kak, dipaksa meninggalkan semua hal yang Gia sukai, sosok Gia dipaksa menjadi seorang Ghea kak."

Rasa sesak di dadanya, rasa nyeri di hatinya. Semua berpadu menjadi satu rasa yang sangat menyakitkan.

Karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi, Gia harus menjadi orang lain. Orang lain yang sangat bertolak belakang dengannya. Semua paksaan selalu ia dapatkan.

Dipaksa menjadi sosok Ghea yang sangat beda jauh darinya membuat Gia merasa jika dirinya tidak berguna. Dan sekarang, ia malah dimanfaatkan untuk harga diri seseorang yang sangat egois, yaitu papanya sendiri.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang