25. Alur Cerita Tuhan

35 22 40
                                    

"Semua orang memang boleh berusaha. Namun yang harus diingat adalah nasibmu ada di tangan-Nya"
_

Gianna

•••

Hari ini, untuk pertama kalinya Gia memutuskan untuk kembali masuk sekolah. Banyak murid menatap Gia dengan tatapan terkejut.

Gianna dulu dan sekarang sangatlah berbeda, Gia yang dulu dengan penampilan polosnya. Sekarang ia muncul dengan penampilan baddasnya.

Gadis itu berangkat sekolah dengan menggunakan motor, bahkan Gia yang dulu tampil dengan wajah imut dan ceria. Sekarang tampil cuek dan datar.

"Gia." Panggilan dari seseorang membuat langkah Gia terhenti.

Gadis itu menoleh ke kanan, di sana Clara tengah berdiri sembari menatapnya. Clara berjalan mendekatinya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Apa kabar?" sapa Clara.

Gia menganggukkan kepalanya pelan. "Baik," jawabnya.

Kini gantian Clara yang mengangguk, ia terlihat memikirkan sesuatu. Seperti ada kalimat yang ditahan oleh gadis itu.

"Lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Gia saat melihat gelagat aneh dari Clara.

"Emm, lo kemana aja beberapa bulan ini?"

"Sibuk."

"Sibuk?" Gia mengangguk sebagai jawaban.

"Sibuk apa?"

Gia menatap datar ke arah Clara, lalu pergi begitu saja tanpa berkeinginan untuk menjawab pertanyaan Clara.

Gianna Gabriella, benar-benar berubah drastis di mata seluruh murid SMA ARJUNA.

•••

Seira tengah berdiri di pintu kantin bersama Lio, kedua remaja itu menatap ke arah Gia yang sedang duduk sendirian di meja kantin.

Sejak jam pelajaran pertama, Gia tidak masuk kelas sama sekali.

"Gia," panggil Seira saat dirinya sudah berdiri di dekat meja kantin yang sedang diduduki Gia.

Gia menoleh, menatap Seira dengan wajah tanpa ekspresi. Seira mengambil duduk di samping Gia, diikuti dengan Lio.

"Lo kenapa nggak masuk kelas?" tanya Seira.

"Masuk kok," jawab Gia yang semakin membuat Seira bingung.

"Maksud lo?"

"Gue pindah kelas."

"Kenapa?"

Tanpa berniat menjawab Seira, Gia lebih memilih pergi dari kantin. Panggilan dari Seira terus ia abaikan.

Langkah kakinya membawa Gia ke lapangan basket, tempat dimana ia yang sering berteriak menyerukan nama seorang laki-laki yang sialnya sampai sekarang masih ada di hatinya.

Lapangan basket begitu sepi, memang karena hari senin bukanlah jadwal anak basket latihan.

Ia masih ingat persis kejadian saat masa orientasi awal masuk SMA dulu. Pertama kali ia bertemu Seira, Jihan, Silla, teman-teman yang lain.

Dan Bintang.

Kurang beberapa bulan lagi, ia akan meninggalkan sekolah ini. Sekolah yang penuh dengan cerita.

Tak hanya cerita bahagia, tapi ada cerita sedih, kecewa, lelah, dan lain-lain. Sekolah adalah tempat menimba ilmu dan bermain menurut Gia.

Di sini, ia bisa menambah ilmu, dan ia juga bisa bermain dengan teman-temannya. Dan permainan yang cukup Gia benci adalah mempermainkan ekspresi wajah.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang