"Dua sifat yang berbeda dengan raga yang sama"
-
GG•••
Pagi hari, 06.30
Hujan kemarin malam membuat angin pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya. Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu tengah berjalan dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku jaket.
Memakai topi hitam dengan lambang huruf LA. Telinga kirinya disumpal oleh airphone putih miliknya. Dan mulut mungil yang bersenandung kecil.
Langkahnya menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai. Matanya menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri.
"Gia!"
Gadis itu berhenti melangkah dan berbalik badan. Di sana Jihan tengah berlari ke arahnya bersama dengan Seira.
Kemarin malam mereka membuat kesepakatan untuk berpenampilan kembar saat pergi ke sekolah.
"Lo bawa mobil Gi?" tanya Seira.
Gia mengangguk. "Iya, buat nanti."
"Kita nekat?" tanya Jihan.
"Harus!"
Jihan dan Seira mengangguk paham. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas.
Saat sedang berjalan dengan santai. Rambut ketiganya ditarik kencang oleh orang dibelakang mereka.
Ketiganya berbalik dengan wajah kesal. Menatap siapa orang yang berani menarik rambut rapi mereka.
"Apa?!" ketus orang itu.
Gia, Jihan, dan Seira yang tadinya ingin meledak marah, sekarang malah menciut saat mengetahui siapa orang itu.
Seragam yang sama dengan mereka, topi hitam, jaket hitam yang sama juga. Tampilannya juga persis dengan penampilan ketiga gadis itu. Bedanya orang itu memiliki rambut yang hanya sebatas bahunya.
"AAA, SILLA!!"
Teriakan ketiga gadis itu membuat seluruh penghuni sekolah menutup telinga rapat-rapat. Bahkan menatap sinis.
Silla, teman mereka yang baru kembali setelah ikut sang ayah dinas di Jerman. Meskipun hanya 5 bulan, tapi Silla sangat dirindukan.
Bagaimana tidak, Silla lost contact pada 2 bulan terakhir. Dan tiba-tiba cewek itu hadir sendiri di sekolah ini.
"Kok lo ga ngabarin sih kalo pulang ke Indo?!" ucap Gia dengan nada yang sedikit ngegas.
"Lepas!"
Ketiganya langsung melepas pelukan teletubies yang baru saja mereka berikan pada Silla.
Fakta sosok Silla adalah gadis dingin, cuek, jutek, dan pemarah. Dia berbeda dari ketiga temannya itu, gadis yang tidak menye-menye dan jago beladiri.
"Sekarang jawab, kok lo ga ngabarin kita kalo udah sampe Indo?" ujar Jihan.
Silla menatap ketiganya dengan wajah datar. Berlalu begitu saja melewati ketiganya.
"Ga penting ngabarin lo semua."
"Jadi kita ga penting gitu buat lo?!" Gia yang tidak terima menyusul Silla dan menatap Silla tidak bersahabat.
Kalau sudah begini, pasti Silla yang akan kalah. Tiga lawan satu, pikir logika saja siapa yang akan tumbang duluan?
"Tuh, Bintang tuh!"
Mata Gia langsung beralih ke arah depan. Bintang dan keempat temannya berjalan berlawanan arah dengan mereka.
Senyuman Gia muncul begitu saja, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati kumpulan cowok-cowok moswanted itu dan melupakan masalahnya dengan Silla.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]
Teen FictionMasalah dalam hidup Gianna Gabriella menjadi hambatan untuk dirinya bebas megapai cahaya terang impiannya. "Kamu tau kenapa aku deketin kamu?" ucap Gia menatap sosok cowok tinggi dan tampan yang diam tak berkutik. Alis cowok itu terangkat sebelah me...