6. Gabri Datang Lagi

48 35 76
                                    

Happy Reading!!

•••

"Kamu ibarat sebuah kebahagian yang datang padaku, tetapi aku lupa jika kebahagian itu datang bersamaan dengan luka."

-

Gianna

•••

Jam istirahat.

Jihan berlarian di koridor kelas 12, mencari Seira yang entah sekarang ada dimana. Jihan langsung menuju ke kantin saat teman sekelas Seira bilang jika Seira kembali dijemput Lio dan dibawa ke kantin.

Saat sampai di kantin, mata Jihan menelisik seluruh penjuru kantin. Gotcha, dia mendapati Seira yang tengah duduk di salah satu meja kantin bersama Bintang dkk.

"Sei!" seru Jihan saat dirinya telah tiba di meja mereka.

Seluruh penghuni meja menoleh ke arah Jihan yang masih menetralkan nafasnya. Gara yang melihat sang kekasih datang langsung berdiri dan mendekati Jihan.

"Kenapa?"

"Itu hosh... hosh... bentar Gar," ucap Jihan ngos-ngosan.

Setelah Jihan berhasil menetralkan nafasnya, dengan Gara yang setia mengelus lembut punggungnya.

"Kenapa?" tanya Gara lagi.

"Itu Gia, dia mimisan trus dia pingsan!" jawab Jihan dengan matanya yang agak melebar.

"Kok bisa?" tanya Seira, Jihan hanya menjawab dengan anggukan.

"Sekarang Gia dimana?" tanya Gara.

"Di UKS," jawab Jihan.

Gara dengan cepat meninggalkan kantin dengan tangan Jihan yang ia genggam.

Seira dan yang lain ikut menyusl Gara dan Jihan, tak terkecuali Bintang yang sudah lumayan sehat.

Setibanya di UKS, Gia sedang diperiksa oleh dokter UKS. Gia masih belum sadarkan diri sejak beberapa menit yang lalu.

Tadi saat Andre dan Rian yang tengah berjalan ke kelas setelah berbincang di taman belakang. Mereka tak sengaja melihat seorang siswi yang terkapar di rerumputan.

Mereka mendekati siswi itu dan ternyata itu adalah Gia, dengan sebagian wajah yang sudah terkena darah. Seragam bagian atas gadis itu juga sudah berubah warna menjadi merah.

Dengan cepat keduanya membawa Gia ke UKS dan tak lupa Andre menghubungi Jihan.

"Gimana dok kondisi Gia?" tanya Gara dengan tangan kiri yang sibuk mengelus lembut rambut Gia dan tangan kanan yang masih menggenggam erat jemari Jihan.

"Gia tidak parah kok, dia cuma kelelahan dan stres beberapa hari ini. Penyakit maag Gia juga kambuh tiba-tiba, ditambah darah rendah yang menyerang. Saya harap kalian mengontrol jam makan Gia agar tidak telat-telat seperti ini, karena itu nanti berpengaruh buruk dengan kondisi badannya," jelas dokter itu.

"Baik dok, terimakasih," ucap Jihan.

Setelah dokter itu meninggalkan UKS. Seira duduk di kursi sebelah ranjang Gia, bersebelahan dengan Gara yang masih setia mengelus rambut Gia. Tangan Seira mengusap lembut punggung tangan gadis itu.

"Kenapa bebal banget sih kalo diomongin Gi!" ucap Seira menatap tajam ke arah Gia meski matanya sudah berkaca-kaca.

"Udah gue bilang jangan telat makan! Kenapa sih ga mau dengerin omongan gue," lanjutnya.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang