27. Perginya Cahaya Bintang

58 35 101
                                    

"Keputusan yang kamu ambil memang tidak bisa aku ubah, tapi bolehkah aku berharap itu semua adalah mimpi?"
_

Gianna

•••

Mobil sedan hitam dengan 3 penumpang di dalamnya tengah sampai di depan rumah dengan pagar hitam tinggi.

Seorang wanita paruh baya menoleh ke arah belakang menatap anak lelakinya yang tengah menunduk tak berdaya.

"Kamu yakin mau bertemu mereka sekarang?" tanya Dewi.

Bintang mendongak menatap manik sang bunda. Ada sedikit kejanggalan dalam hati Bintang, ia bingung harus melanjutkan atau mengingkari janji.

Cowok dengan kemeja hitamnya pun menjawab pertanyaan sang bunda dengan sebuah anggukan. Meskipun dalam hatinya ia masih bingung harus apa.

Ketiganya pun turun dari mobil dan mulai memasuki rumah itu.

Langkah kaki Bintang seolah sangat berat. Kemarin, sebuah fakta harus ia telan mentah-mentah. Dam hari ini, ia lagi-lagi akan menyakiti hati seseorang.

Bel pun sudah di pencet oleh ayah Bintang, Marwan. Tak lama kemudian pintu hitam itu terbuka menampilkan sosok gadis dengan wajah cantiknya.

Pagi ini, Gia berniat untuk pergi ke rumah Seira untuk sekedar bermain. Tetapi kedatangan Bintang dan kedua orang tuanya membuat dirinya cukup terkejut.

"Tante Dewi," gumam Gia.

Wanita paruh baya itu langsung membawa tubuh Gia dalam dekapannya. Gia adalah perempuan yang malam itu juga disakiti oleh Langit. Dan ia tidak sanggup untuk menatap mata gadis ini.

Rasa bersalahnya cukup besar pada Gia, Langit yang sejak dulu selalu melindungi dan menyayangi Gia berani melakukan hal bejat pada gadis lemah ini karena minuman beralkohol.

"Papa kamu ada di rumah?" tanya Marwan menghentikan keheningan sesaat itu.

Gia mengangguk. "Iya om. Ayo masuk om, tante, Bintang!"

Setibanya di ruang tamu, Gia mempersilahkan keduanya untuk duduk. Lalu gadis itu pamit untuk memanggil sang papa dan untuk membuat minuman.

Tak lama kemudian mereka telah berkumpul di ruang tamu. Entah mengapa firasat Gia mengatakan jika suasana saat ini sangatlah menegangkan.

"Jadi, kalian siapa?" tanya Elang.

"Kami adalah orang tua dari Bintang dan..."

Gia meneguk ludahnya saat Marwan menggantung nama seseorang yang mungkin akan membuat emosi sang papa meledak setelahnya.

"Orang tua Langit."

Elang berdiri dari duduknya menatap tajam ke arah Marwan. Setelah 3 tahun lamanya, akhirnya ia bisa menemukan orang tua dari laki-laki brengsek yang sudah melakukan hal buruk pada kedua putrinya.

"Keluar dari rumah saya!!" perintah Elang dengan suara kerasnya.

Gia berdiri dari duduknya dan mendekati sang papa. Setelah kejadian Gia malam itu, Elang sudah mulai memberikan sedikit perhatian pada Gia. Bahkan pria itu sudah sadar dengan apa yang sudah ia lakukan pada putri bungsunya selama ini.

"Tunggi tuan Elang, kami kemari untuk meminta maaf atas semua perbuatan anak saya Langit pada putri anda," jelas Marwan dengan hati-hati.

Elang tersenyum remeh, menatap mata Marwan dengan tatapan menyeramkannya.

"Setelah tiga tahun kalian baru meminta maaf? Setelah tiga tahun lamanya? Kemana kalian selama ini?"

Gia mengelus pelan lengan sang papa agar lebih tenang dan menerunkan emosinya.

CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang