"Berkorban untuk orang yang tidak pernah menganggapmu itu bagaikan udara, tidak akan pernah terlihat."
_Gianna
•••
Suara dentingan sendok menyapa pendengaran Gia saat dirinya menuruni tangga, menuju lantai bawah untuk pergi ke sekolah.
Di meja makan sudah ada Elang, Gavin dan......
Dirka.
Cowok itu sudah kembali ternyata. Dengan berlari kecil Gia langsung duduk di samping Dirka dan memeluk cowok itu dari samping.
"Eh, ngapain peluk-peluk!" Dirka memberontak kecil.
"Kemana aja? Gue kangen tau!" ucap Gia menumpukan dagunya di pundak cowok itu.
"Ada urusan," jawab Dirka.
"Tapi lama banget!" rengeknya.
"Yaudah sih, kan udah balik gue-nya."
"Iya, tapi lama!!"
Gia melepas pelukannya dan mengambil roti lalu diolesi oleh selai coklat. Gadis itu tidak terbiasa makan nasi di pagi hari. Jika mood saja dia akan makan nasi.
"Ayo, berangkat!" ajak Dirka setelah selesai dengan acara makannya.
Gavin dan Elang juga sudah beranjak dari meja makan. Gavin sempat pamit berangkat kuliah duluan.
Gia berdiri lalu menggandeng tangan Dirka ke luar rumah. Langkah gadis itu sempat mematung saat melihat mobil merah di depannya.
"Lo bawa mobil?" tanya-nya pada Dirka.
"Iya, ayo masuk," titah Dirka sambil membukakan pintu untuk sepupunya itu.
"Tumben," celetuknya saat Dirka sudah masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Pengen aja sih!"
Setelahnya tidak ada yang memulai pembicaraan lagi, hanya terdengar lagu yang ada di radio.
Mobil Dirka berhenti di depan gerbang sekolah Gia. Dirka menoleh ke arah Gia. Cowok itu tersenyum saat Gia menatapnya kesal karena mengunci pintu mobil.
"Dirka, buka gak?"
"Enggak!"
Gia mendengus, lalu bersandar pada kursi mobil, menyilangkan tangannya di depan dada.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ujar Dirka.
Gia menoleh ke arah Dirka, meskipun wajahnya masih mengisyaratkan ketidaksukaan.
"Kalo suatu saat gue udah ga bisa jagain lo-"
"Kenapa ga bisa?" sela Gia yang berubah menjadi serius.
"Dengerin gue dulu ya," ujarnya sambil mengelus pelan rambut Gia.
Dirka menatap mata Gia dalam. Sangat berat memang untuk mengatakan ini semua, tapi dia harus mewanti-wanti gadis ini dulu sebelum ia pergi.
"Kalo hari dimana gue udah ga bisa jagain lo datang, gue harap lo jaga diri baik-baik ya. Jangan lupa sama nasehat gue, jangan memaksakan diri kalo lo emang gak sanggup."
Dirka menarik nafas dalam, dan menghembuskannya kasar.
"Kalo ada sesuatu harus cerita ke Bang Gavin kalo gak ke Gara, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Kalo mimpi itu dateng lagi jangan minum obat penenang, tapi telfon Gara suruh dia temenin lo, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA BINTANG : Aku Butuh Kamu! [ END ]
Teen FictionMasalah dalam hidup Gianna Gabriella menjadi hambatan untuk dirinya bebas megapai cahaya terang impiannya. "Kamu tau kenapa aku deketin kamu?" ucap Gia menatap sosok cowok tinggi dan tampan yang diam tak berkutik. Alis cowok itu terangkat sebelah me...