09. GENG LEO
.
.
JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE YAA
Happy Reading!Di rooftop, pemandangan sejuk menerpa wajah mereka. Tapi tidak dengan sekarang ini, kepulan asap rokok menerpa indera penciuman mereka. Tiga orang berada di sana membicarakan suatu misi yang akan mereka lakukan.
"Lo yakin Lingga, kalau mereka akan marah?"
"Yakinlah, setau gue si Aldo itu anak emas mereka, anak buahnya si Bayu jadi dengan itu kita pancing amarah mereka."
"Tapi kan Lo tau sendiri gimana mereka?"
"Lo ngeremehin geng kita?"
Temannya menggeleng, "bukan gitu maksud gue."
"Lo tau kan kalo mereka itu—"
"Liat nanti aja, gue tau apa yang mereka bakal lakuin setelah tau anak emas mereka celaka," ucap orang itu sambil tersenyum miring.
Keheningan menerpa mereka kembali.
"Ngga, hubungan Lo sama Senja gimana?" Tanya temannya yang berambut keriting itu.
"Kalo itu tergantung gimna Omanya Senja kedepannya."
"Lo yakin sama hubungan Lo sama Senja?"
Dia tersenyum, "sembilan puluh delapan persen gue yakin."
"Sembilan delapan? Kenapa gak seratus?" Tanya temannya yang memakai jaket jeans.
"Dua persennya lagi gue ragu. Gue ragu setalah Omanya Senja tau semuanya."
"Tapi Lo yakin kan sama Senja?"
"Gue yakin karena gue percaya cinta itu datang karena terbiasa. Dan saat ini gue udah terbiasa berada di dekat dia."
"Tapi Senja itu kan mantannya—"
"Gue tau. Tapi itu masa lalu."
Kedua temannya itu tersenyum. Akhirnya temannya yang menjabat sebagai ketua mereka itu tahu bagaimana kisah kasih remaja pada umumnya.
Setelah tujuh belas tahun tidak peduli tentang kisah cinta, dan kini...
Mungkin saja akan merubah sikapnya.
Tiba tiba saja ada sebuah pesan masuk.
Ting.
FAREL :
|Sudah selesai, Ngga.
Orang itu hanya menunjukkan smriknya.
Rencananya berhasil, tinggal kejadian yang akan sebentar lagi terjadi.
***
Dalam markas tua, sekitar dua puluh orang di dalamnya. Anak anak muda itu, tengah duduk santai menikmati keindahan alam.
Di sana datanglah ketua mereka, yang baru saja tiba. Di sambutnya dengan hangat. Ketua itu melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya, yang terdapat di suatu ruangan di markas itu.
Dalam ruangan itu terdapat tiga orang pemuda, ketuanya dan kedua sahabatnya.
"Perkiraan gue akan terjadi fight antara LEO dan BALVAGOS."
"Lo pastikan anak anak di sini jangan ada yang pulang dulu."
Keduanya menjawab, "baik."
Dia adalah Lingga, sang ketua LEO.
"Gafa, gue minta tolong siapkan semua keperluan, jangan ada yang memakai senjata. Jangan sampai kecolongan," ucap Lingga pada Gafa, wakil ketua LEO.
Tok. Tok. Tok.
Seseorang mengenakan jaket kulit kebanggaan LEO baru saja datang dengan wajah paniknya, tanpa menunggu balasan dari dalam ia langsung membuka pintu cokelat itu.
"Bang BALVAGOS. BALVAGOS ada di depan."
Tanpa menunggu lama lagi Lingga, Gafa, dan juga Ziko berdiri dari duduknya dan sama sama memakai jaket kulit kebanggaan LEO.
Dengan tampang gagahnya, Lingga berjalan paling depan memimpin dua puluh anggotanya yang kini ada di markas.
"Selamat sore dan selamat datang tuan Guntur Syandyakala yang terhormat," ucap Lingga sambil tersenyum miring.
"Gak usah basa basi Lo bangsat, udah basi tau gak," ujar Gibran.
"Maksud Lo apaan main keroyokan. HAH?!" Tanya Guntur.
Guntur Langit Syandyakala itu sangat emosi, urat di lehernya terlihat, tangannya terkepal, wajahnya berubah merah.
"Tenang dulu sabar dulu, gue sih gak ada maksud tertentu sih, cuma gabut aja," jawab Lingga.
"Gak peduli anjing Lo mau gabut Lo mau jungkir balik gak peduli gue," ujar Gibran.
Sedangkan Bayu, hanya menatap sinis ke arah Lingga, "dulunya sahabat sekarang jadi bangsat."
"Maksud Lo apa?" Tanya Lingga yang mendengar gumaman Bayu tadi.
"Gak maksud apa apa kok, ya gak Bay," ujar Reyland yang sedari tadi hanya diam.
"Diem Lo bocah," sahut temannya Lingga, sebut saja namanya Jack.
"Gakpapa gue bocah, muka gue imut imut ketimbang Lo, muka kayak om om aja bangga."
BUGH!
Satu pukulan mendarat di pipi sebelah kiri milik Reyland, "kenapa Lo gak terima gue katain om om?" Tanya Reyland sambil mengusap bibirnya yang sedikit sobek karena pukulan tadi.
"Gak pernah skincare-an sih dia makanya mukanya burik kek gitu," timpal Gibran.
"Udah deh gak usah banyak bicit deh langsung aja gak sabar gue nih," lanjut Gibran lagi.
Dan terjadilah aksi baku hantam antara inti BALVAGOS dan juga geng LEO.
BUGH!
BUGH!
Dua pukulan itu mendarat sempurna di pipi seorang Lingga yang diadiahi dari ketua BALVAGOS itu.
Sedangkan di sisi lain, Gibran dengan santainya menghindari dari serangan lawan yang diketahui namanya adalah Budi itu.
"Budi, bapak Lo namanya siapa?" Tanya Gibran sambil menggerakkan badannya menghindari pukulan dari Budi.
"Pasti bapak Lo namanya Anto."
"Kalo disatuin kan keren tuh jadi Budianto bin Sanusi," ucap Gibran sambil terus menghindari pukulan dari Budi.
Setelah dirasa ada celah, akhirnya tangan Budi diputarnya dan dipelintir oleh Gibran, "jangan macem macem makanya sama gue. Patah tangan Lo tau rasa Lo."
Jika Bayu dan Reyland jangan ditanyakan, mereka sudah berhasil melumpuhkan lima lawan sekaligus. Reyland yang modelnya kayak bocah dilawan.
Perkelahian itu terjadi sekitar tiga puluh menit lamanya. Lama juga sih mereka berempat melawan dua puluh orang. Dan semuanya berhasil tumbang, termasuk Lingga sang ketua LEO.
"Jangan pernah Lo cari gara gara sama gue, kalo Lo tau sendiri akibatnya," bisik Guntur kepada Lingga yang tengah berusaha bangkit karena kakinya diinjak keras oleh Guntur.
"Jangan senang dulu, nanti setelah Lo tau semuanya pasti Lo akan menyesal." Lingga membalasnya sambil menahan nyeri di sekujur tubuhnya.
Guntur terdiam.
Maksudnya apa? Batin Guntur bertanya tanya.
•••••
HAI EVERYONE!NEXT PART GAK?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAA
THANKS!(Don't forget to follow me)
Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur Syandyakala
Jugendliteratur[SELESAI] Namanya Guntur Langit Syandyakala Pemuda yang paling anti dengan masalah percintaan tapi dalam kehidupan nyata dia sering kali mengucapkan kata-kata manis untuk sebagian besar penggemarnya yang lebih banyak dari kalangan perempuan. Bagaim...