03. SMA ANDROMEDA

82 7 0
                                    

03. SMA ANDROMEDA
.
.
JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE YAA

Happy Reading!

Pagi hari yang cerah, burung burung cantik berkicauan. Angin pagi yang berhembus membuat suasana menjadi tenang setenang kehidupan tanpa seorang pasangan.

"GUNTUR LANGIT SYANDYAKALA! BANGUN SEKARANG ATAU TUNGGU AIR YANG ADA DI CENTONG INI MELAYANG KE KAMU!"

Pagi pagi siulan emak- emak membangunkan anaknya mulai terdengar. Guntur, pemuda itu masih saja bergelut manja di atas kasurnya padahal sudah disuguhkan terompet tanda bahaya oleh Bundanya.

"Bunda bisa diem gak sih, orang Guntur lagi mimpi diajak ciuman sama Selena Gomez."

"Ciuman ciuman. Cium aja tuh sempak kamu," gerutu Niken yang sudah sangat kesal dengan tingkah laku anak tunggalnya yang tidak jauh berbeda dengan suaminya.

Like father like son.

"Mandi sana siap-siap hari ini hari pertama kamu sekolah setelah diskors, nanti di sekolah berantem aja lagi biar diskors lagi biar di rumah kamu bantu bunda."

Memang Bundanya itu beda dari yang lain. Anak mah disuruh baik baik di sekolah belajar yang bener, ini malah di suruh berantem. Emang bunda yang paling the best.

"Bener nih Bun nanti Guntur mau tawuran sama sekolah sebelah nanti ngadunya kekepala sekolah sama bawa polisi ya biar diskors," ucap Guntur yang sudah siap dengan handuk yang bertengger di pundaknya.

"Iya ngadu aja nanti bunda aduin juga sama kakek kamu biar harta warisannya kamu gak dapet."

"Yee bunda matre."

"Kayak kamu aja ngak. Udah manusia mana sih yang gak mau dikasi warisan cuma cuma."

"Iya juga ya ayah aja pasti mau. Padahal udah banyak duitnya."

"Udah sana mandi abis itu turun sarapan bunda mau ngurus anak dugong gede dulu."

Setelah itu Niken keluar dari kamar putranya itu, Menuju kamarnya yang masih disuguhkan oleh suaminya yang tidur dengan posisi yang tidak enak dilihat.

Bagaiman tidak, Niko -- ayah Guntur itu tertidur dengan posisi tengkurap dengan mulut yang terbuka lebar dan dengkuran keras yang terdengar. Jika dipakaikan pengeras suara mungkin satu komplek akan mendengarnya.

"Anak sama bapak gak ada bedanya. Sabar."
Niken, wanita paruh baya itu hanya bisa mengelus dadanya sabar.

Menit terus berlalu, sekarang keluarga kecil itu tengah melangsungkan acara sarapan mereka. Nasi goreng, ayam goreng, dan telur ceplok. Sungguh nikmat.

"Bunda, kapan kapan ikutan audisi legend koki aja," ujar Guntur yang saat ini tengah menikmati gurihnya ayam goreng buatan bundanya.

"Emang kalo bunda ikutan kamu mau ngapain?"

"Yaa biar ini rumah tenang biar gak denger bunda teriak Mulu pagi pagi," jawab Guntur. "Ya gak Yah?" Tanya Guntur kepada Niko yang tengah mengunyah nasi gorengnya.

Guntur ini memang anak durhaka. Awas loh dikutuk entar tau rasa.

Niko yang tidak mau kena imbasnya lagi cukup tadi pagi saja pantat mulusnya menjadi korban sekarang ia tidak mau telinganya yang menjadi korban.

"Durhaka sekali kamu wahai anak dugong," ucap Niken yang hanya bisa mengelus dadanya sabar.

"Kalo Guntur anak dugong, ayah sama bunda dugong juga dong. Kakek nenek Oma opa juga dugong dong, kita keluarga dugong dong."

"Ayah ngak ya kamu aja kali."

"Berarti ayah anak pungut dong."

Ini anak gue atau bukan, batin Niken.

Guntur SyandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang