16. MASA LALU
.
.
JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE YAAPlay Song 🎶 Mata ke Hati by Hivi
Happy Reading 🤍🤍
Sekitar empat tahun yang lalu...
Terlihat seorang gadis berpita hitam tengah duduk termenung sendirian di bawah pohon rindang yang langsung menghadap ke arah lapangan basket.
Gadis berseragam putih biru itu membuka tasnya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi kawan kawannya yang berada di kota sebelah.
Sepuluh menit berlalu, tak ada balasan. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke tempat dimana buku buku fiksi dan non-fiksi dijejerkan dalam sebuah rak.
Perpustakaan SMP Kencana.
Perpustakaan ini sepi, maklum saja jam pelajaran tengah berlangsung dan di kelasnya sedang free makanya ia keluar kelas niat untuk mencari udara segar karena di dalam kelas ia merasa suntuk.
Dua temannya tidak masuk, dan sahabat sahabat terdekatnya tidak bersekolah di sini. Alhasil ia sendirian. Maklum saja, ia orang yang tidak di sapa tidak akan mau menyapa duluan.
Setelah mengisi format kunjungan, gadis berpita itu berjalan ke arah rak buku fiksi. Katanya di perpustakaan ini sudah banyak novel novel dari penulis terkenal. Maka dari itu ia mencoba mencari tahu, maklumlah hobi baca tapi masuk perpustakaan sekolah baru sekali ini.
Sibuk mencari, matanya terus melihat ke arah rak sampai tak sadar kakinya menabrak sesuatu yang keras, "aduh..." ringgisnya.
Melihat ke bawah, ternyata ada seorang siswa yang tengah duduk sambil wajahnya ditutupi oleh buku, sepertinya orang ini tidur, pikirnya.
Masa bodoh dengan orang yang tak dikenalinya, ia ingin berjalan melewati tetapi orang itu tenyata sudah bangun.
"Heh, kenapa Lo nendang kaki gue?" Tanya orang itu, kini posisi duduknya sudah teralih menjadi berdiri berhadapan dengan gadis berpita.
Gadis itu menoleh, "salah sendiri kenapa tidur di perpus," balas gadis itu.
"Ya salah Lo kenapa ganggu gue tidur."
"Gue nanya, fungsinya perpus ada buat apa?" Tanya gadis itu.
"Ya buat tempat baca buku," jawab remaja itu.
"Terus Lo gunain buat apa?"
"Tidur."
Gadis itu terkekeh sinis, "pinter banget ya Lo jawab."
Tanpa ingin melanjutkan pembicaraannya dengan orang dihadapannya ini, gadis itu berjalan menuju tempat duduk. Di sana ia hanya sendiri, sepertinya di perpustakaan ini hanya dirinya, pemuda gila, dan dua penjaga perpus yang ada di depan.
Di tariknya kursi besi yang ada di sana. Di rasa nyaman, ia kemudian membuka buku bacaannya.
CIT.
Kursi besi di sampingnya bergerak, ternyata pemuda yang ditemuinya tadi tidak pergi melainkan mengikutinya duduk di sebelahnya.
"Baca apa sih?" Tanya pemuda itu.
Bukannya dijawab, justru gadis berpita itu hanya menatap jengah dan tetap membaca bukunya.
"Lo kelas berapa?"
"Lo anak baru?"
"Lo—"
Gadis itu menutup bukunya, meletakkannya ke meja, "mau ngapain?" Tanya gadis itu.
"Ya mau tau aja."
"Oh iya," lanjut pemuda itu sambil mengulurkan tangannya, "gue Guntur, salam kenal. Nama Lo siapa?"
"Gue gak mau kenalan sama Lo," jawab gadis itu.
Pemuda yang bernama Guntur itu membelakkan matanya, baru kali ini ia bertemu seorang gadis tapi tidak mau di ajak kenalan olehnya, "waw baru kali ini gue temuin cewek macam Lo."
"Ya terus?"
"Lo itu beda."
"Beda darimananya? Sama sama cewek kan, lagian gue bukan cewek sembarangan kayak mantan mantan Lo sebelumnya," balas gadis itu.
"Lo tau gue?" Tanya Guntur sambil menunjuk dirinya.
Gadis berpita itu merotasikan bola matanya, "siapa sih yang gak kenal Guntur. Fakboy-nya SMP Kencana."
"Oh.. sekarang gue berenti kok jadi fakboy, asalkan.. gue tau nama Lo," ucap Guntur.
"Omongan buaya dipercaya." Kemudian gadis itu beranjak dari duduknya hendak meninggalkan perpustakaan.
Kembali diikuti oleh pemuda yang bernama Guntur itu, sambil menahan tangan gadis di depannya yang hendak melangkah pergi, dia berkata, "nama Lo aja deh."
"Buat apa Lo tau nama gue?"
"Ya.. buat tau aja siapa tau kita papasan trus gue sapa Lo deh masa iya gue panggilnya, heh hai... Gitu."
"Kalo boleh, kenapa enggak."
"Ayolah.. nama Lo siapa?"
Daripada kedepannya ia kena teror, lebih baik ia memberikannya sekarang, "nama Gue Senja."
"Oh nama Lo Senja, nama kita serasi ya."
"Gue Guntur, Lo Senja sama sama nama di langit."
"Suatu saat gue sama Lo bakal satu, nama anak kita langit ya," lanjutnya.
Senja, gadis berpita itu hanya menghembuskan napas lelahnya. Begini ni kalau ngomong sama aligator, "semerdeka Lo aja."
Tanpa pikir panjang lagi, Senja melanjutkan langkahnya hendak menuju kelas.
"SENJA TUNGGU GUE YA! GUE GUNTUR SYANDYAKALA AKAN MENJADI MASA DEPAN LO!"
***
Bel pulang di SMP Kencana telah berbunyi, meninggalkan kesan terbahagia bagi siswa siswinya.
Terlihat seorang siswi dengan pita hitam di rambutnya dan menggandeng tas ransel biru laut tengah berjalan sendiri, sesekali matanya melirik ponsel bercase Lilac.
"SENJA!" Panggilan itu berasal dari seorang pemuda yang berjalan di belakang dengan tas yang hanya disampirkan di bahu kirinya saja.
Sedangkan gadis itu hanya menatap sekilas dan melanjutkan langkahnya.
Setelah dirasa langkahnya semakin dekat, Guntur pemuda itu menarik tangan Senja dan membawanya menuju parkiran yang ternyata sudah ada kedua temannya di sana.
"Wis.. baru lagi nih?" Tanya temannya Guntur, dia adalah Gibran Gentala.
"Bukan baru, tapi yang terakhir."
"Hilih terakhir matamu," cibir remaja bertopi putih biru, Bayu Saputra.
"Eh... Btw Lo Senja Ariestya bukan? Vokalis baru itu?" Tanya Gibran sambil menatap Senja.
Senja mengangguk, "iya.. kok Lo bisa tau?"
"Oh gue drummer di sana."
"Lo vokalis Nja?" Tanya Guntur.
"Kenapa?"
"Kapan kapan boleh kali kita duet bareng, biar semakin Deket gitu," jawab Guntur.
Gibran menggeleng, "gue saranin jangan."
"Kenapa?"
"Rusak gendang telinga Lo," balas Bayu.
"Anjing Lo pada," desis Guntur.
•••••
HAI EVERYONE!NEXT PART GAK?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT YAA
THANKS!
🤍🤍(Don't forget to follow me)
zazaatanOktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Guntur Syandyakala
Teen Fiction[SELESAI] Namanya Guntur Langit Syandyakala Pemuda yang paling anti dengan masalah percintaan tapi dalam kehidupan nyata dia sering kali mengucapkan kata-kata manis untuk sebagian besar penggemarnya yang lebih banyak dari kalangan perempuan. Bagaim...