38. ESCAPE?

17 0 0
                                    

HAPPY READING

(Tandai Typo)

Malam itu suasana di markas BALVAGOS sangat ramai. Reyland dengan mata yang fokus dengan layar didepannya yang menampilkan makhluk kotak bewarna kuning yang sedang berbicara dengan bintang bewarna merah jambu itu dan jangan lupa tangannya yang setia memegang stuck permen susu mahal kesukaannya.

"Guntur gak datang?" Ujar Gibran yang baru saja balik dari kamar mandi.

"Kayaknya gak deh," balas Bayu sambil menatap ponselnya.

Kemudian Gibran duduk di sofa panjang dekat dengan Bayu.

Gibran menghela napas, kemudian diambilnya kaleng soda yang masih tersegel rapat di atas meja itu.

"WOY Lo pada gak pulang?" Tanya Gibran kepada anggota BALVAGOS yang lain.

"Lo ngusir nih?" Tanya seseorang di sana sebut saja namanya Dani, dengan nada bercanda.

"Dih baperan." Gibran melemparkan kulit kuaci yang baru saja ia makan, "udah malam entar emak kalian pada nyari lagi."

"Gak kayak sih onoh," ujar Gibran sambil menunjuk Reyland yang masih sibuk dengan tontonannya.

Reyland yang sadar, "apa Lo nunjuk-nunjuk gue?!"

"Dih ngegas."

***
Pagi hari yang cerah bagaikan hati Reyland yang dipenuhi oleh permen-permen susu. Guntur berjalan dengan langkah lesu menuju kelasnya. Sudah banyak teman-temannya yang sudah datang, tapi satu pandangan matanya tertuju pada sebuah bangku yang masih kosong hanya terdapat ketiga temannya di sana.

"Dinda, Senja mana?" Tanya Guntur kepada Dinda yang tengah asik bergosip.

"Eh hari ini Senja gak masuk, ada acara keluarga katanya," jawab Dinda.

"Ngapain Lo nanya Senja?" Ujar Safa.

"Kenapa? Masalah?" Guntur langsung menuju bangkunya yang terletak dibelakang sana.

"Pagi-pagi mukanya udah lesu aja, yok gue setrika yok mukanya biar mulus kek gue," ujar Gibran sesaat Guntur yang sudah duduk di kursinya.

"Bayu mana?"

"Lah kagak liat grup Lo nyet, Bayu hari ini ijin ada acara keluarga katanya," jawab Gibran.

"Ngapa sih nanya Bayu, kangen Lo Tur Ama Bayu," ujar Reyland yang tengah asik memakan kripik kentang yang ia bawa dari rumah.

"Dih."

Guntur melirik ponselnya, jam 07.45 KBM masih tersisa 15 menit lagi, lalu ia menyambar tasnya yang ia letakkan tadi di atas meja, berdiri dan melangkah keluar meninggalkan kedua temannya.

"WOY ANAKNYA NIKO MAU KEMANA LO?!"

"Cabut!"

"EH EH IKUT!"

Baru saja saat Gibran ingin mengambil tasnya dan melangkah keluar tapi ujung tali tasnya dipegang cepat oleh Reyland.

"Mau kemana Lo?!"

"Udah gak usah ngikut, belajar bentar lagi kelulusan mau Lo kagak lulus nanti nanges."

Dan ampuhnya Gibran kembali duduk setelah mendengar kata-kata mutiara dari mulut Reyland.

***
"Bay gue gak mau, gue mau bebas." Gadis itu terus saja merengek meminta untuk pergi dari situ tapi mereka tidak bisa, di depan saja bahkan di kamarnya pun sudah ada penjaga-penjaga berbadan kekar.

"Sustt.. gue tau, Lo jangan kencang-kencang entar didengar gue yang ditendang." Pemuda yang kini tengah memeluk gadis itu kembali menenangkannya dengan mengelus lembut kepala gadis itu.

"Lo tenang, acaranya masih nanti malam."

"Tapi ini udah sore, Bayu Pratama!" Ucap gadis itu gemas semakin hari ia semakin cemas untuk kedepannya.

Nampak pemuda itu juga terdiam, ia tahu Lingga Angkasa itu orangnya seperti apa. Ia tidak akan memberi kebebasan kepada seseorang yang sudah menjadi miliknya. Di satu sisi, gadis ini juga tidak ingin ia ingin bebas karena ia tahu juga Lingga itu seperti apa.

Pemuda itu melepaskan pelukannya dan berdiri dari duduknya, "mau kemana?" Tanya gadis itu yang melihat pemuda dihadapannya ini hendak melangkah menuju jendela.

"Nanti jam tujuh malam Lo udah harus ada di luar, gimana pun caranya yang penting Lo harus ada di luar."

Gadis itu nampak kebingungan maksudnya apa dan bagaimana caranya, bahkan pemuda ini tahu bahwa banyak sekali penjaga yang berjaga di luar sana.

Tapi gadis itu hanya mengangguk, "trus Lo mau kemana?"

"Markas ada yang mau gue cari."

Sebelum pemuda itu benar-benar melangkah keluar, ia mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu kepada seseorang.

|Datang ke markas sekarang, bawa flashdisk yang gue kasi.

***
Bayu, pemuda tampan dengan rahang tegas, tatapan tajam dan juga tinggi pemuda itu yang menambah kesan bahwa ia adalah lelaki sempurna, jangan lupa juga aksi bela diri yang ia kuasai.

Mendengar sang sahabat sedang dilanda kecemasan membuatnya harus memikirkan yang terjadi kedepannya.

Senja Ariestya Mentari, gadis yang menjadi sahabat sekaligus cinta pertamanya, ya walaupun gadis yang dicintainya itu tidak tahu. Tapi tak apa asalkan ia bahagia.

Mengendarai motor diatas kecepatan rata-rata membuat banyak pengendara yang membunyikan klakson kepadanya karena aksi menyalip-nyalip mobil dan motor di depannya.

Dari rumah Senja, membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di sana, namun karena kasi kebutnya di jalan Bayu sudah sampai di markas BALVAGOS dalam waktu 20 menit saja.

Parkiran di sini nampak ramai, tapi ada satu motor yang ia cari pemiliknya. Seperti hafal siapa pemilik motornya itu, Bayu tidak dapat menemukan yang ia cari.

Berjalan tergesa-gesa menuju pintu markas, memang saat ini tengah ramai tapi satu tujuannya datang ke markas. Guntur Syandyakala.

BRAK.

Bayu menendang pintu coklat itu dengan sekali tendangan matanya menatap tajam ke sekeliling jangan lupa pandangan mata yang terus tertuju ke arahnya.

"Guntur mana?" Tanyanya menatap semua penghuni markas kali ini.

Gibran berjalan mendekat, ia tahu Bayu saat ini sedang kenapa, "duduk dulu."

"Arrgh Guntur mana anjing!"



•••••
HAI EVERYONE!

NEXT PART GAK?

JANGAN LUPA VOTE COMMENT AND SHARE CERITA INI

(Don't forget to follow me)
zazaatan

JUNI 2022

Guntur SyandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang