40. LAST HUG

23 3 0
                                    

Happy Reading

Jangan lupa vote and comments

(Tandai Typo)

•••

Kini di bawah rindangnya pohon, Senja Ariestya Mentari tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya membawanya pergi entah kemana asalkan ia bisa bebas dari sini.

Suasana yang ramai sunyi, iya ramai rumahnya kini sudah ramai. Semua rekan kerja ayah, ibunya, bahkan oma-nya sekalipun ingin menyaksikan acara pertunangan dirinya dengan laki-laki yang selama ini ia anggap sebagai musuh, Lingga Angkasa.

Mendengar derap langkah mendekat, dalam hatinya ia terus berucap semoga saja bukan Lingga ataupun suruhan pemuda itu.

Untung saja saat ini Lingga Angkasa belum juga sampai, informasi yang Senja tahu bahwa pemuda itu tengah terjebak macet di jalan.

Derap langkah itu semakin mendekat, membuat Senja merasa khawatir. Semoga bukan dia.

"Senja?!"

Senja terkejut dan langsung dengan reflek membekap mulut orang yang menghampirinya di sini.

"Susstt... Suara Lo dikecilin," ucap Senja masih dengan tangannya yang membekap mulut orang itu.

Orang itu hanya mengangguk dan tidak lama kemudian Senja melepaskan bekapan pada mulut orang itu.

"Kenapa Lo ada di sini? Dan ini semua, benar Lo yang akan tunangan? Sama Lingga?" Tanya orang itu Dangan nada yang sangat kecil.

Senja terdiam, daripada menunggu Bayu yang tak kuncung datang, lebih baik aja bersama dengan orang ini.

"Pertanyaan Lo nanti aja gue jawab. Sekarang tolong bawa gue pergi dari sini."

"Hah? Tapi kan Lo—"

"Ayo sekarang, gak ada waktu lagi."

Langsung saja Senja menarik tangan orang itu secara sepihak, "motor Lo ada dimana?"

"I–itu," ucap orang itu sambil menunjuk motornya yang terparkir di mobil-mobil yang berjajar rapi.

"Kita mau kemana?"

"Kemana aja yang penting jauh dari sini."

Sebelum Senja naik ke atas motor, orang itu lebih dulu menyerahkan jaketnya kepada Senja, "pake udaranya dingin."

"Gak, makasi."

"Pake Senja gue gak mau Lo kena angin malam apalagi Lo cuma pakai dress pendek kayak gitu," ucap orang itu sambil menyampirkan jeketnya ke pundak Senja.

Senja tersenyum menerimanya, perhatian kecil seperti ini membuatnya rindu akan seseorang. Seseorang yang akan melindunginya dari bahaya, seseorang yang selalu menjaganya tapi, apakah bisa ia kembali bersama seseorang itu?

"Makasih ya."

Orang itu hanya mengangguk, akhirnya pikirannya lumayan tenang setelah melihat gadisnya kini bersamanya.

Apakah benar ini gadisnya? Ah– sepertinya bukan, mungkin beberapa saat lagi gadis yang tidak bisa ia lupakan ini akan menjadi milik orang lain.

Setelah dirasa Senja sudah duduk dalam boncengannya, orang itu melajukan motornya pergi meninggalkan area ramai ini.

Perjalanan mereka kali ini cukup lama, pemuda itu tersenyum di balik helmnya. Pengalaman ini yang paling ia nantikan.

Jalanan yang ramai lancar, rintik-rintik hujan mulai turun. Membuat udara menjadi sejuk.

"Guntur kita mau kemana sih?!" Teriak Senja dari belakang.

Guntur Langit Syandyakala pemuda itu menoleh lewat spionnya, dirinya tersenyum, "tunggu aja ya."

Pemuda itu memang Guntur. Ia menepati janjinya. Tapi entah mengapa dirinya lupa isi janji itu.

"Awas aja bawa gue ke tempat yang aneh-aneh."

"Gak bakal Nja."

"Daripada gak ada tujuan, ke Bayu aja."

"Aish ngapain sih nyari Bayu, udah Lo duduk yang anteng aja."

Mereka berdua tidak tahu, bahwa sedari tadi seseorang dengan pakaian serba hitam tengah mengikuti motor yang ditumpangi Guntur dan Senja.

***

"Kok Guntur gak bisa dihubungi?" Tanya Gibran kepada dua manusia yang sama-sama tengah terdiam.

Di markas ini hanya terdapat tiga orang yaitu Gibran, Bayu, dan juga Reyland. Ketiga orang itu sama-sama diam. Setelah tadi Bayu sempat menceritakan rencana yang ia buat dan hari ini adalah hari kesialan untuk Senja, Gibran juga ikut bergerak, sebagai sahabat ia tidak boleh diam saja sama juga seperti Reyland tadi.

Walaupun Reyland merelakan waktu tidurnya, tapi tidak apa yang penting ia dapat membantu dulu dalam masalah ini.

"Itulah teman Lo! Saat genting ini aja lupa sama janjinya!" Ujar Bayu.

"Jangan gitu dong, mungkin aja Guntur sibuk," ujar Gibran mencoba sabar. Ia tahu bahwa sesosok Bayu Saputra ini orangnya keras kepala.

"Kalau tau sibuk ngapain coba terima janji gue!"

"Lo jangan salahkan Guntur dong!"

"Lo bela dia? Jelas aja disini dia salah!"

Melihat perdebatan yang mungkin sebentar lagi akan terjadi, akhirnya Reyland berdiri dari duduknya, ia berjalan ketengah dua orang yang sedang adu mulut itu, "udah kalian jangan adu bacot gini, mungkin aja Guntur lagi jalanin misi Lo."

"Iya kalau mungkin, lah kalau nggak?"

"Udah gue gak bisa ngomong, yang jelas sekarang kita pergi dari sini dan jemput Senja."

"Lo nggak mau kan Senja kenapa-kenapa?" Ucap Reyland pada Bayu.

Tanpa pikir panjang lagi Bayu mengambil jaket dan kunci motor yang ia letakkan di atas meja dan berlari menuju parkiran.

"Yok ikutin!" Ajak Reyland kepada Gibran.

***

"Masih ingat gak sama danau ini?" Tanya seorang pemuda yang berjalan beriringan dengan seorang gadis dengan gaun putihnya.

"Gue pikir Lo lupa," ujarnya sambil terkekeh pelan.

"Udaranya dingin gak baik buat Lo," ucap pemuda itu sambil menyampirkan jaketnya kepada gadis di sampingnya.

"Makasi."

Kini keduanya berdiri dihadapan danau yang luas. Semuanya terlihat gelap karena malam tapi cahaya bintang dan sedikit penerangan darai lampu kelap-kelip yang memberikan kesan indah tersendiri di tempat ini.

"By the way, Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi."

Gadis itu menghela napas, "iya tulisan yang Lo lihat di karangan bunga itu memang benar."

"Sama Lingga?"

Gadis itu menatap luasnya hamparan danau, "mau gimana lagi, orang tua gue aja gak bisa nolak. Semua keputusan ada sama Oma."

Wajah gadis ini, senyumannya, canda tawa semua terukir indah di memory ingatannya. Kenangan indah yang hanya terukir sekejap kini mungkin akan terulang lagi.

Pemuda itu tersenyum memandang hamparan danau yang luas. Kini waktunya hanya sebentar, cepat atau lambat gadis di sampingnya ini akan menjadi milik orang lain.

"Kalau emang nggak ada pilihan lain."

"Give me last hug!"





•••••
HAI EVERYONE!

NEXT PART GAK?

SHARE CERITA INI YAA!

(Don't forget to follow me)
zazaatan

Juni 2022

Guntur SyandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang