Follow akun ini dulu ya, Gaes. Biar selalu dapat update-an ceritaku.
Jangan lupa tap bintang 🌟 sebelum baca.
Happy reading!
_________________Aku menyesal sudah mengijinkan Rafael menungguiku. Harusnya si Mbok tetep tinggal. Aku jadi kerepotan seperti ini. Melibatkan Rafael dalam melakukan hal yang privasi seperti ini, sangat tidak nyaman. Apa yang harus aku lakukan? Kendati Rafael sudah memegangi botol infusku, aku masih kesulitan membersihkan diri. Nggak mungkin aku buang air tanpa bersih-bersih 'kan? Yaa kali aku minta dicebokin sama Rafael.
"Rafael, kamu bisa tolong panggilin perawat? Aku masih kesulitan."
"Biar aku ban—"
"Stop! Jangan berbalik badan!" Mataku langsung melotot saat Rafael hendak membalikkan badan. "Siniin botol infusnya. Kamu keluar. Tolong panggilkan perawat."
"Kalila,aku bisa membantu kamu."
"Nggak!"
Rafael menghela napas lalu beranjak keluar. Tidak lama kemudian, perawat datang membantuku. Bodohnya aku, membiarkan diriku terjebak berdua dengan Rafael seperti ini.
***
Malam kedua aku dirawat inap, tidak kubiarkan Rafael menungguiku lagi. Aku bersikeras menyuruhnya pulang saat ia meminta untuk tinggal.
Dan pada hari ketiga, Tante Vira datang bersama ... Wishnu.
"Kamu betah banget ya kayaknya di sini, Lila?" sebuah sindiran keluar dari mulut Tante Vira. Wishnu baru selesai memeriksa keadaanku.
"Mana ada orang yang betah tinggal di rumah sakit. Hanya kalian mungkin," sahutku bersungut. Sembarangan saja Tante Vira bilang.
Sekilas aku melihat Wishnu melirikku.Tante Vira menyentil dahiku gemas. "Itu karena sudah menjadi pekerjaan kami. Makanya kamu jangan bandel-bandel biar kami tidak kerepotan."
"Cuma Tante yang merasa direpotkan. Mas Wishnu enggak, kok. Ya 'kan Mas?"
Wishnu hanya tersenyum tipis menanggapiku.
"Apalagi dokter Wishnu. Dia malah lebih kerepotan karena jauh-jauh dari Bogor cuma buat periksa pasien bandel kayak kamu."
"Aku tahu Tante pasti yang nyuruh kan? Rumah sakit ini nggak kekurangan dokter, sampe harus mendatangkan dokter dari luar kota. Maafin tante ya, Dok. Dia agak sedikit bawel."
Tante Vira mendelik mendengar candaanku.
"Kamu pasti sudah diizinkan pulang hari ini. Semua udah oke kok. Kamu juga sudah kelihatan segar kembali."
Untuk pertama kalinya Wishnu bersuara setelah dari tadi hanya mendengar ocehanku dengan Tante Vira.
"Terima kasih, ya, Wishnu. Kamu mau datang," ucap Tante Vira. Kemudian dia beralih menatapku. "Kalian berdua, apa bener-bener nggak bisa balikan lagi?"
Aku dan Wishnu bersitatap sejenak. Mungkin dia sama terkejutnya denganku. Tante Vira adalah orang yang paling berharap kami bisa bersatu.
"Apa hubungan kalian tidak bisa diperbaiki lagi?" desak Tante Vira.
"Tante, please. Jangan membuat keadaan menjadi semakin sulit. Aku dan Mas Wishnu sudah sepakat untuk berpisah."
Perkataanku tidak salah. Hanya saja melihat Wishnu yang dari tadi hanya diam saja, membuatku berpikir dia seperti tidak membenarkan perkataanku.
"Padahal Tante sangat berharap kalian bisa bersama," desah Tante lagi.
"Aku dan Lila mungkin memang tidak berjodoh, Tante. Lila berhak memilih yang dia anggap lebih baik. Aku tidak mau memaksa lagi," terang Wishnu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between 1 (END)
ChickLit°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...