Aku sedang duduk di teras. Saat sebuah mobil yang sangat aku kenali berhenti tepat di depan pagar rumahku. Mataku melebar karena menit berikutnya, si pemilik mobil berwarna hitam metalik itu keluar dari pintu kemudi. Rafael.
Dengan panik aku melihat ke dalam rumah. Tante Vira ada di dalam dan Rafael ada di sini. Perkara lagi. Aku segera berlari dan menghadang Rafael sebelum dia memasuki pagar.
“Permisi!”
Sial! Aku yakin suaranya bisa terdengar dari dalam rumah. Aku langsung memberinya instruksi untuk diam saat sudah berada di hadapannya. Sedikit melotot dan berbisik.
“Kamu ngapain ke sini? kan sudah aku bilang jangan ke sini, tanteku ada di rumah.”
Bukannya mengerti dan langsung pergi, Rafael malah tersenyum. “Aku memang ingin ketemu tante kamu, jadi ya ke sininya harus ada dia dong.”
Bagus! Laki-laki ini mulai berbahaya. Aku geram setengah mati dibuatnya. Sejak kejadian malam itu, Rafael kekeh memintaku agar memberinya izin untuk menemui Tante Vira. Tidak akan mengatakan apa pun, hanya berkenalan saja. Itu dalihnya.
“Sebelum tante menyadari kamu datang, mending buruan kamu pulang," ucapku geram.
“Kamu ngusir aku, Kalila?” Rafael mencebik.
“Iya.”
“Aku ke sini Cuma mau kenalan sama tante kamu, itu aja."
Itu aja dia bilang? Seperti itu akan mudah saja.
“Iya, tapi bukan sekarang. Ayolah kamu pulang, please.”
“Kalila! Ada tamu siapa?!” Suara Tante Vira dari dalam.
“Bukan siapa-siapa, Te! Hanya sales!”
Rafael mendelik kesal mendengar jawabanku.
“Ka-kamu tega sekali menyebutku sales, heh?”
“Sorry, terpaksa. Sekarang mending kamu cepat pulang, sebelum tante keluar.”
“Kalila, mau sampai kapan kamu sembunyiin aku dari tante kamu?” tanya Rafael kesal.
“Siapa yang sembunyiin kamu? Aku Cuma minta waktu, itu saja.”
“Sales apa, Lil?”
Mampus!
Aku bisa melihat senyum Rafael mengembang pada seseorang yang kini berada tidak jauh di belakangku. Tante Vira. Mataku kontan memejam.
“Selamat sore,Tante,” sapa Rafael sumringah.
Terpaksa aku membalikkan badan. Dan, aku bisa melihat Tante Vira mengerutkan kening.
“Kamu sales?” tanya Tante bingung.
“Buk—“
“Iya, Te. Tapi reseh, Lila udah suruh pergi nggak pergi-pergi.”
Aku bisa merasakan Rafael melirikku sebal.“Memangnya apa yang kamu tawarkan? Hampir semua barang sudah kami punya," ujar Tante bersedekap tangan.
Rafael yang hendak menjawab, lagi-lagi aku tebas. “Bukan barang, Te, tapi asuransi. Iya 'kan kamu dari asuransi? Tadi apa nama asuransinya? PerutSial apa Alien, ya?”
Kali ini Rafael mendengus. Muka kesalnya tampak jelas. Apa salahnya sih dia ikut andil dalam kebohonganku sedikit?
“Cukup, Lila, biarkan tamu itu masuk," hardik Tante.
Tanpa aku duga, tante malah menyuruh Rafael masuk. Apa tante menganggap yang aku katakan itu benar? Astaga! Ini akan panjang urusannya.
Di sisi lain Rafael malah nyengir lebar dan mengucapkan terima kasih karena diizinkan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between 1 (END)
ChickLit°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...