PART 8

3.3K 325 21
                                    

Aku pikir Rafael akan risih saat memasuki kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pikir Rafael akan risih saat memasuki kantin. Tapi, ternyata dia santai saja. Malah langsung melenggang memesan soto betawi.

"Kalila kamu mau makan apa?" tanyanya. Aku sendiri masih bingung mau makan apa. Ingin makan yang seger-seger sih.

"Bakso aja deh," putusku akhirnya

"Makan yang ada nasinya, Kalila. Biar kamu ada tenaga."

Nasi? Aku biasanya makan siang tanpa nasi juga sudah kenyang. Tapi ....

"Kalo gitu saya sama aja kayak, Bapak."

Rafael tersenyum lantas memesan satu lagi untukku.

"Mbak, nanti bisa tolong anterin ke meja saja? Sama minumannya sekalian." Rafael berujar pada Mbak kantin.

"Baik, Pak."

Rafael lantas mengajak mencari tempat duduk. Tapi memang kantin sedang ramai. Jadi, nyaris tidak ada tempat duduk yang tersisa.

"Loh, Pak Rafael? Makan di sini juga?"

Sapaan itu membuatku menoleh. Mataku menangkap Farhan, Agus, Sita dan Beni. Mereka semua anak divisi keuangan.

"Eh, iya. Kalian di sini juga? Sayang ya, semua meja sudah penuh," ujar Rafael.

"Di sini aja, Pak, bareng kita-kita. Eh, ada Lila juga, ya."

Aku memutar bola mata malas. Farhan tersenyum simpul saat mengatakan itu. Aku tahu dia sedang menggoda.

"Apa boleh? Tapi sepertinya tidak muat. Saya dan Kalila di sana saja ya. Tuh kebetulan ada yang sudah selesai makan."

"Yah, maaf sekali ya, Pak."

"Nggak apa-apa. Kalian lanjut makan aja. Ayo, Kalila, kita duduk di sana."

Rafael berjalan mendahuluiku. Sebelum menyusul Rafael, Farhan sempat berbisik.

"Bos baru pepet terus aja, Lil."

Aku melotot. "Habiskan saja makanan kalian. Awas aja kalo ngomong macam-macam." Aku mengacungkan tinju sebelum menyusul Rafael. Mereka semua menahan tawa begitu aku pergi. Kurang ajar mereka memang.

Pesanan kami datang tak lama setelah kami duduk. Kuah kental dari soto betawi langsung menggugah selera makanku.

"Duh, rasanya sudah lama sekali nggak makan soto betawi," ucap Rafael tiba-tiba.

"Memangnya di Surabaya tidak ada soto betawi, Pak?"

"Mungkin ada. Tapi, saya jarang nemuin, sih." Rafael masih terus mengaduk kuah sotonya.

Aku membubuhi sambal. "Soto betawi di sini lumayan enak kok, Pak."

"Kamu sering makan di sini?"

"Saya lebih sering makan di kafe teman saya, Pak."

"Oh ya? Kenapa tadi kita tidak ke sana saja?" tanya Rafael tampak berbinar.

In Between 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang