PART 31

2K 196 8
                                    

Aku bersiul memasuki kamar. Jujur saja, hari-hariku menjadi penuh warna karena Rafael. Aku tidak memungkiri andilnya dalam hal ini. Merasakan kebahagiaan mencintai seseorang ternyata seperti ini. Indah dan bikin senyum-senyum sendiri. Meskipun kadang kala perasaan takut itu timbul. Biar bagaimana pun Wishnu itu masih ada. Sesuatu yang tidak bisa aku sangkal dan aku elakan. Apa yang akan terjadi seandainya saja dia tahu hal ini?

Aku memang keterlaluan. Ersa benar, aku kurang bersyukur memiliki Wishnu. Tapi sungguh, soal hati aku tidak bisa memilih. Ini sulit.

Ponselku berdering, menampilkan nama Wishnu pada layarnya. Apa dia tahu aku sedang memikirkannya? Pada dering ke empat aku baru mengangkatnya.

"Yaa, halo, Mas."

"Lila, apa kamu sudah pulang?" tanya Wishnu di ujung sana.

"Ini aku baru sampai rumah, Mas. Ada apa?"

"Aku kangen. Akhir-akhir ini kamu sangat sulit dihubungi."

Maaf. Aku memang sering mengabaikan panggilannya. Bahkan aku hanya menjawab beberapa chat darinya, tanpa berkeinginan untuk saling balas membalas lagi.

"Maaf, Mas. Pekerjaan kantor menumpuk."

"Aku tau, tapi kamu juga harus jaga kesehatan. Jangan terlalu capek."

"Iya, Mas."

"Rasanya aku nggak tega, kamu sepertinya ngoyo banget kerjanya."

"Aku nggak kayak gitu, Mas. Mungkin karena akhir bulan aja."

Hening. Aneh, aku melihat layar ponsel. Panggilan masih tersambung, lalu kenapa tiba-tiba Wishnu diam?

"Mas?"

Aku mendengar napas berat di sana. Sebenarnya ada apa?

"Lila ... " ada sebuah jeda yang membuatku bertanya-tanya.

"Iya?"

"Sampai kapan kita seperti ini terus?"

Deg!

Detak jantungku seolah terhenti. Aku mulai tahu maksudnya. Dan sebentar lagi juga aku akan mengetahui ke mana arah obrolan ini akan dia bawa.

"Bagaimana kalau kita menikah saja?"

"Mas, tolong beri aku waktu."

"Sampai kapan, Lila? Kita sudah pacaran cukup lama. Umur kita sudah pas kalau masuk ke jenjang yang lebih serius. Untuk urusan nafkah, aku merasa sudah mampu."

Iya, dia benar. Tapi ...

"Aku tau, Mas. Tapi aku belum siap."

"Sebenarnya apa yang membuatmu tidak siap?"

Karena aku mencintai orang lain. Batinku menjawab.

"Aku nggak tau, Mas. Aku masih ingin bekerja."

"Nggak masalah kalau itu mau kamu. Yang terpenting kita sah dulu."

In Between 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang