Wishnu baru saja pulang saat Ersa menelponku. Aku harap dia tidak akan membicarakan tentang hubunganku dengan Wishnu. Bukannya apa, aku sedang sedikit kurang mood membahas itu.“Ya, Sa?” aku mengangkat panggilan Ersa seraya memasuki kamar.
“Kenapa lo nggak mampir ke kafe gue?” tanya Ersa di sana.
“Oh iya, sori. Tadi siang ada sedikit masalah. Dan, saat pulang tadi Wishnu menjemputku," jawabku seraya meletakkan tas ke atas meja rias.
“Wishnu di Jakarta?”
Aku duduk di depan meja rias, dan mengambil kapas. “Iya, katanya baru sampai sore tadi.”
“Bahaya juga, ya.”
“Apanya yang bahaya?” tanyaku sembari menuang make up remover ke kapas.
“Gimana kalau dia tau tentang Rafael?”
Aku sempat sedikit terenyak. Tapi, kemudian berpikir bahwa semuanya tidak semembahayakan seperti yang Ersa pikir.
“Memangnya kenapa? Ya, kalau dia tau sebatas atasan gue di tempat kerja nggak apa-apa, 'kan? Emangnya gue ada main?”
“Jangan berlagak bego deh lo. Rafael suka kan sama lo?”
“Mana gue tau.” Aku mengedik.
“Yaelah, lo sendiri? Suka ‘kan sama dia?” desak Ersa.
“Kalau ditanya begitu sih ya jawabannya bener gue suka, dari dulu malah.”
“Seandainya Rafael balik suka ke lo gimana?”
“Itu jelas nggak mungkin.” Ragu juga aku menjawab ini. Aku tidak tahu apa yang Rafael pikirkan tentang kejadian di kantor siang tadi.
“Oh ya ngomong-ngomong, Rafael kemarin malam datang ke kafe.”
Seketika aku menghentikan kegiatan mengusap-ngusap wajah yang sedang aku lakukan.
“Sama siapa?” tanyaku cepat.
“Sendiri aja sih.”
Aku lebih menegakkan punggung. “Mau ngapain dia?”
“Ya makanlah, emang ngapain lagi?”
“Apa lo temui dia?” tanyaku penasaran.
“Iya. Mahluk setampan itu masa iya nggak gue temuin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between 1 (END)
ספרות לנערות°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...