Ya Allah di sini sepi sekali. Nggak ada yang kangen Kalila kah?
😢😢😢Harusnya aku pulang ke rumah, tetapi itu tidak aku lakukan. Aku menyuruh supir taksi online menuju kafe Ersa yang jaraknya lebih dekat dari rumah. Aku belum siap jika harus menghadapi Tante Vira. Pagi sekali kafe itu belum buka, tetapi aku tahu pegawainya sudah sibuk di dalam sana.
Aku mendorong pintu kaca itu pelan. Beberapa pegawai Ersa menyapa dan aku jawab sepintas lalu. Langkahku langsung menuju ruangan Ersa di lantai dua.
"Gila lo ya?! Ke mana aja semalaman nggak pulang? Mana HP nggak aktif lagi," semprot Ersa begitu kepalaku menyembul dari balik pintu.
Aku meringis berjalan mendekati Ersa, lalu duduk di hadapannya.
"Kepala gue puyeng, Sa."
"Lo izinnya ketemu gue, tapi batang hidung lo aja nggak kelihatan dari kemarin. Tante lo telponin gue nanyain lo."
Aku melotot. "Iya? Terus lo jawab apa?"
"Ya terpaksa gue bilang lo nginep di apartemen gue. Sekarang bilang ke gue, lo nginep di mana?" tanya Ersa bersedekap tangan menatapku tajam.
Aku menggaruk pelipis bingung. Takut bicara jujur padanya. Tapi kalau bohong, juga tak mungkin.
"Gue tidur di apartemen Rafael."
"Apa?!" mata Ersa melotot sempurna. "Astagfirullahaladzim, Lila, lo waras atau stres?!" sekarang dia malah memegangi kepalanya.
"Sempet sedikit nggak waras sih. Tapi gue kembali waras kok. Suer deh, gue nggak ngapa-ngapain di sana, cuma numpang tidur doang."
Tiba-tiba Ersa menggebrak meja, membuatku melonjak kaget. Ia mencondongkan badan ke arahku, sekonyong-konyong aku turut memundurkan badan.
"Terus gue harus percaya gitu aja?" desisnya. Tatapannya sama sekali tidak membuatku merasa terintimidasi. Aku tahu Ersa.
"Lo diapain aja sama Rafael?"
"Gue nggak diapa-apain suer. Paling ya toel-toel dikitlah. Tapi gue masih perawan ting-ting asli."
Brakkk!!!
"Jangan becanda! Gue serius!"
Lagi-lagi Ersa menggebrak meja.
"Ya Allah Ersa... Emangnya lo mau gue ngapain?"
"Makanya jangan bohong."
"Gue nggak bohong. Gue beneran cuma numpang tidur."
"Gue nggak habis pikir deh sama lo. Otak lo di mana sih? Bisa-bisanya lo dateng ke apartemen cowok terus numpang tidur. Sementara lo sendiri posisinya udah pacar orang. Gimana gue nggak mikir kalau lo itu kurang waras?"
Aku menunduk. "Sorry."
"Secara naluri gue nggak bisa terima lo yang kayak gini, gimana otak gue?" kali ini Ersa memegang kepala dengan kedua tangannya. "Gue tau lo bucin sama Rafael. Tapi nggak gini juga kali, Lil!"
"Gue juga bingung pas semalam tiba-tiba udah ada di depan unitnya. Padahal gue berniat ke lo. Sampai pas gue mau balik, eh malah Rafael tiba-tiba nongol di depan pintu dan nyuruh gue masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between 1 (END)
ChickLit°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Apalagi jika cinta itu sampai sekarang belum move on. Aku senang melihatnya kembali. Di sini dia begitu jelas terlihat. Bersamanya setiap wak...