🥀 || ❶❷

64 58 19
                                    

Happy reading 🌻

****

"Gue turut berduka cita ya atas meninggalnya ibu lo" Kata Bintang sembari memakan cokelat yang dibawanya dari rumah.

" Iya,makasih" balas Inggit sambil tersenyum.

Hari ini ia berangkat sekolah,sebenarnya keadaan ia masih terpukul atas kepergian sosok ibunya.Akan tetapi,ia harus berfikir dewasa mulai dari sekarang.Dan ia tidak mau berlarut-larut terjebak dalam kesedihan.

"Sorry banget waktu ibu lo meninggal gue ngga kesana.Gue waktu itu ada di Prancis njengukin nenek gue yang lagi sakit" Imbuh Bintang sambil mengahadap kearah Inggit.Dan lagi-lagi Inggit hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

" Iya ngga apa-apa aku juga ngertiin"jawab Inggit sambil mengeluarkan buku untuk pelajaran pertamanya.

Bintang bernafas lega akhirnya Inggit bisa memaklumi.Ia sebenarnya was-was,takut temannya ini marah karena ia tidak datang saat dirinya terpukul.
Namun ini sangatlah diluar dugaan Bintang,sahabatnya ini sangatlah baik dan juga pengertian.

Tatapan Bintang kali ini tertuju pada leher Inggit Membuat sang empu mengerutkan matanya.

"Kenapa?"Heran Inggit bingung.

" Lo kalung baru?" Tanya Bintang sambil melongo.

Inggit mengangguk pelan.

"Gila!!ini liontin asli!!" Histeris Bintang membuat Inggit secara refleks menutup kedua telinganya.

" Lo dapet dari mana?!!lo ngga maling kan?!!"Keras Bintang tidak mampu mengontrol suaranya.

Sekejam itukah Bintang memfonis bahwa Inggit telah mencuri kalung liontin?!jika benar,dirinya memang sahabat terkejam didunia.

"Aku emang miskin Sa,tapi ibu aku selalu bilang 'lebih baik hidup miskin dari pada hidup kaya tapi hasil curian' "Jawab Inggit dengan senyuman manisnya.

Melihat Inggit tersenyum,Sasa merasa bersalah karena pertanyaannya itu.Dirinya langsung saja meraih tangan Inggit.

"Gue minta maaf banget.Gue ngga bermaksud tanya kaya gitu sama lo"Ujar Sasa dengan nada pelan.

Inggit mengangguk pelan tapi tak ada suara yang keluar darinya.Membuat Sasa semakin takut kalau sahabatnya ini marah.

"Lo marah sama gue?."

"Biar gue traktir lo deh."

"Lo mau minta apa?."

"Seblak?mie ayam?bakso?soto?cireng?pizza?atau apapun deh terserah lo.Yang penting lo ngga marah sama gue."

Sasa terus saja memberikan pertanyaan yang membuat seisi kepala Inggit bertanya-tanya.Sahabatnya yang satu ini tidak terkena jelmaan burung Nuri kan?

"Aku ngga marah" Katanya membalas genggaman tangan Bintang.

Mulut Bintang terbuka lebar.Matanya membulat dengan sempurna.Tak percaya dengan jawaban yang baru saja ia dengar.

"Serius?"ulang Bintang memastikan.

"Iya"Balas Inggit mengangguk kecil.

"Makasih!!"Teriak Sasa keras.Ia lalu memeluk tubuh Inggit dengan erat.Bahkan Inggit sampai sesak untuk bernafas.

****

Inggit memasuki ruangan yang membuat dirinya merasa takut dan juga mengeluarkan keringat dingin.Bibir bawahnya ia gigit untuk merelaksasikan kegugupannya itu.

"Permisi kak"Ucap Inggit sopan.Ia berjalan kearah seseorang yang sedang memegang ponselnya.

"Ini aku udah bawa berkas yang kemarin ngga..."

SEPOTONG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang