🥀 || ²⁴

25 22 44
                                    



****

Inggit menyiapkan beberapa makanan diatas meja.Dia hanya memasak bahan makanan seadanya.Berhubung sudah beberapa hari ini tidak ada pesanan kue,alhasil dia hanya memasak tempe dan tahu.Meskipun begitu dia masih mengucapkan syukur kepada sang pencipta,karena ia masih diberikan nikmat sehat untuk menghirup udara segar didunia.

Dia memasuki kamarnya.Melihat adiknya yang sedang melamun disaat sedang menata buku,dia perlahan mendekati Bella dengan senyum kecil.

"Kamu kenapa,Bel?" Tanya Inggit mensejajarkan posisi tubunya dengan Bella.

"Ngga apa-apa kak.Aku cuma sedih aja" Kata Bella sedih.

Inggit sudah paham dengan apa yang Bella rasakan.Dia menarik tubuh adiknya dan memeluk Bella erat.

"Kamu ngga usah sedih ya,ada kakak disini" Balas Inggit semakin mengeratkan pelukannya.

Sedetik kemudian, Inggit melepaskan pelukannya.Kemudian tangannya beralih pada bahu Bella"Kakak akan sama kamu terus.Jangan pernah ngerasa sendiri.Kakak akan lakuin apa saja demi kamu sayang."

"Bella takut kalau kak Inggit bakalan berubah setelah bertemu ibu kandung kakak.Aku takut kak.Aku takut hidup sendiri,"

Inggit menggeleng pelan,dia sangat terkejut dengan ucapan Bella.Mana mungkin dia akan berubah kepada adiknya sendiri.Ya meskipun Bella bukanlah adik kandung,tapi Inggit sangat menyayangi.

"Husttt,ngga boleh ngomong gitu.Ucapan adalah do'a.Kamu mau kakak berubah?" Jahil Inggit sambil menoel hidung Bella.

Bella menggeleng cepat,"Aku ngga mau kak!!" Pekik Bella keras.

Inggit terkekeh kecil mendengar jawaban Bella yang sangat keras.

"Maka dari itu jangan pernah bilang kaya gitu lagi ya? Kakak sayang banget sama kamu" Balas Inggit mengelus pipi kanan Bella dengan lembut.

****

"Lo jadian sama Inggitr?,"

Sudah berapa kali kedua sahabat Vano,Rio dan Chandra bertanya dengan pertanyaan yang sama.Vano sangat mengumpat kasar,dia sangat menyesal mengizinkan sahabatnya itu untuk menginap dirumahnya dengan alasan tugas.Padahal jika Vano tau kedatangan keduanya hanya untuk mempertanyakan hal seperti ini,dia yakin akan mengusir Rio dan Chandra jauh sebelum dia masuk kedalam rumahnya.

"Kasih pajak jadian lah,seenggaknya traktir makan sama kita berdua" Sambung Rio tak kalah memaksa Vano.

"Plis ya,gue berdoa biar hubungan lo sama Inggit itu awet sampe kakek nenek" Chandra tetap bersemangat mengeluarkan kalimat agar Vano mendengarkan dan menuruti permintaan konyol.

"Van,gitu amat lah! Mentang-mentang udah jadian,lo sekarang sombong sama kita!" Desis Chandra.

Habis sudah kesabaran Vano.Cowok itu mengehentikan langkahnya.Memang saat ini posisi Vano berada di tengah mereka.Membuatnya semakin sulit untuk menghindar,apalagi Rio dan Chandra sepertinya tidak akan mengizinkanya untuk pergi bebas sebelum pertanyaan dan permitaan terpenuhi.

"Lo berdua bisa diam?!" Kesal Vano menatap Chandra dan Rio secara bergantian.Vano mengusap wajahnya sendiri,terlalu pusing ketika di hadapankan oleh dua sahabat yang gila.

"Kita berdua ngga bisa diam sebelum lo kasih PJ sama kita!" Keras Rio penuh penekanan.

"Lo berdua setres! Ganggu hidup gue aja!" Sembur Vano keras.Dia kembali melangkahkan kakinya untuk menghindar dari Chandra dan Rio.

Bisa-bisanya sepagi ini sudah ada yang membuat dirinya menjadi kesal.Dan bagaimana juga Chandra dan Rio mempunyai pemikiran bahwa dirinya telah jadian dengan Inggit.Benar-benar aneh!

SEPOTONG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang