🥀 || ³2

13 0 0
                                    

HAPPY READING!!!

Setelah kejadian kemarin,Inggit menjadi pendiam.Rasanya sangat malas untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah menghargai kehadirannya.

Saat ini ia tengah berjemur pagi di samping rumah sembari mendengar musik kesayangannya.Mengingat kejadian kemarin rasanya ia ingin mengubur harapannya itu dalam -dalam.Akan tetapi,ia tidak bisa sedih berlarut-larut.Dengan cepat ia membuka layar Hp dan menekan kontak bernama Adikku gembul .

"Hallo, Assalamu'alaikum" sapa Inggit mengawali televon.

"Wa'alaikumussalam,kak Inggit apa kabar?" Jawab seseorang yang di seberang televon,ya itu adalah Bela,adik Inggit.

"Alhamdulillah baik.Kamu apa kabar? Baik juga,kan dek?"

"Alhamdulillah aku baik-baik saja,kak".

"Kak Inggit kapan pulang? Bela udah kangen ini heheheh".

Mendengar suara Bela,rasannya rindu Inggit telah terobati.Sedetik kemudian kedua mata Inggit memerah,ia menahan isakan tangis.

"Kak Inggit kenapa? " Tanya Bella terdengar khawatir.

"Ngga apa-apa dek.Kak Inggit kelilipan ini.Udah dulu ya,kak Inggit mau njemur baju.Kamu jaga kesehatan.Kalau butuh apa-apa langsung televon kaka.Asslamu'alikum".

Tut

Inggit langsung mematikan televon sebelah pihak.Ia langsung mengelap kedua matanya yang sudah berlinangan air mata dengan tangan kanannya.

"Aku ngga boleh sedih terus.Banyak wish list yang belum terpenuhi.Harus semangat Inggit!." Kata Inggit menyemangati dirinya sendiri.

Ia lalu berjalan kecil masuk melalui pintu samping.Baru beberapa langkah menapakkan kakinya,aroma darah dapur menerpa hidungnya dengan keras.Seketika ia mendadak kelaparan.Seorang wanita paruh baya dengan rambut memutih yang di ekori kuda ketat danata berwarna gelap menemui Inggit.

"Kamu tidak apa-apa,nduk?" Tanyanya sedikit panik.

Wanita paruh baya itu tidak sengaja melihat Inggit yang tengah menahan Isak tangisnya.Wanita paruh baya dan Inggit persis sama tinggi.Wajah wanita paruh baya itu sangatlah asing bagi Inggit,ya benar Inggit tidak mengenalinya.

Inggit berdiri kaku,ia tidak tahu bagaimana mentala seorang wanita umur delapan puluh tahun yang belum dikenal.

"Senang bertemu denganmu,nduk.Biasanya saya hanya melihat fotomu dibingkai kamar milik Chandra". Ucapnya yang sekaligus membuat Inggit melongo.

Apa katanya? Foto di kamar milik Chandra? Batin Inggit bertanya-tanya..

Tak butuh waktu lama ia langsung menggandeng tangan Inggit dan membimbingnya kemeja dapur,"Duduklah disini,dan akan saya buatkan minuman untukmu".

Dapur itu kecil dan penuh dengan lemari serta rak-rak pada ketiga dindingnya.Uap membumbung dari kompor gas.Sebuah meja kayu dengan 4 kursi diletakkan di tengah ruangan,dengan panci penggorengan bergantung pada balik diatasnya.

Inggit dududk dikursi terdekat,mengawasi wanita paruh baya itu mengambil gelas dari lemari,membuka lemari es,mengisi gelas dengsan es.

"Diminum dulu,nduk" perintahnya sembari menyodorkan segelas es.

"Lho ada Inggit disini!".

Suara itu mengalihkan pandangan sang empu.Dengan cepat ia menoleh kebelakang dan mendapati Chandra berjalan perlahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEPOTONG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang