🥀 || ³⁰

13 1 0
                                    

HAPPY READING!!

Sepanjang perjalanan Vano hanya diam,ia hanya fokus memandangi pemandangan dari kaca jendela.Vano enggan menatap kearah Inggit.Begitu pula dengan Inggit,ia hanya mampu bernafas panjang sembari memutar ponsel yang ada ditangannya.Suasana benar-benar menjadi canggung.

Rio dan Chandra duduk di depan Vano.Mereka berdua masih saja bertengkar mempermasalahkan kejadian sebelum berankat.

"Kalau saja kita ke Bandung bawa mobil,pasti kita udah sampe dari tadi!" berang Chandra menatap Rio yang tengah memakan snack yang dibelinya di stasiun.

Rio menoleh tak kalah tajam,ia berbicara sembari memayunkan bibirnya yang penuhi dengan snack," ngga usah nyalahi gue! lo juga kemarin ikut setuju!" decak Rio keras.

Chandra tetap saja kekeh dengan pendapatnya sendiri.Ia masih menyalahkan Rio atas kejadian ini.Jika saja sahabatnya itu tidak menuruti ucapan dari Sasa,pastilah mereka sudah sampai di Bandung sore ini.

"Lo sama aja kaya Sasa!" kesal Chandra.

Namun Rio hanya menghiraukan itu semua,ia tetap fokus pada makanan yang ada di tanganya.Rio tidak ingin gagal menikmati suasana perjalanan kali ini,apalagi karena ocehan Chandra yang sama sekali tidak ada manfaatnya sama sekali.

"Kok lo mendadak jadi budeg!" geram Chandra tepat di telinga sebelah kanan Rio.

Sang empou hanya diam,ia sama sekali tidak menggubris omongan Chandra.Alih-alih untuk meredakkan suara itu,Rio mengambil earphone yang ada sisaku jaket nya.Lalu ia memasangnya di kedua telinga.Hal itu tentu membuat Chandra semakin terlihat kesal.

"Ngga usah berisik!kaya bocah kecil!" marah Vano dengan suara keras.

Suara itu tentunya membuat mereka berdua seketika menjadi hening.Mereka berdua lalu kembali sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.Rio yang sibuk dengan makanannya sedangkkan Chandra sibuk dengan ponsel pintarnya.

Setelah beberapa perjalanan di lewati,kedua mata Vano terasa panas.Hal itu dikarenakan ia sepanjang perjalanan membaca buku.Ia lalu menaruh bukunya diatas meja kecil.Setelah itu ia melirik kecil menggunakan ekor matanya kearah Inggit dan benar saja ia melihat Inggit tengah menatap kearah depan dengan pandangan yang kosong.Wajahnya tampak sayu dengan bibir yang terlihat sangat pucat.

Melihat dirinya sedang dipandang oleh Vano,Inggit spontan langsung menoleh sang empu.Namun secepat kilat,Vano langsung membuang mukanya kearah jendela.

Benar-benar aneh.Batin Inggit

"Kepala aku sakit kak" ucap Inggit sembari memegang kepalanya.

Vano tidak menanggapinya,ia menganggap bahwa Inggit tengah berbohong.

"Kak kepala aku sakit" rengek Inggit.Ia sudah benar-benar tidak kuat.Pandangannya terasa kabur.Inggit merasa buminya tengah berguncang hebat.

"Kak,aku boleh tidur di bahu kakak?" Tanya Inggit.

Lagi-lagi ia hanya mendapat respon acuh tak acuh.Gadis itu hanya menghela nafasnya pasrah.Percuma saja berbicara dengan kulkas hidup!

Sedetik kemudian Inggit memejamkan matanya.Wajahnya terlihat sangat pucat dan juga sekujur badan yang terasa dingin.

"Lo kenapa beberapa hari kemarin ngilang?" Tanya Vano.Ia tetep bersikukuh keras bertanya namun tidak menatap sang empu.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga menit.

Sudah tiga menit Vano tak kunjung mendapatkan jawaban.Ia akhirnya menurunkan ego agar melirik ke arah Inggit.Akan tetapi,betapa terkejutnya ia saat melihat Inggit ternyata memejamkan mata dengan nafas yang tidak beraturan.

SEPOTONG HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang